Bupati Klaten Sunarno (keempat kiri) melakukan panen raya padi varietas pak tiwi hasil kerjasama dengan Fakultas Pertanian UGM(MI/DJOKO SARDJONO)
SEKTOR pertanian menjadi salah satu pilar pembangunan di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, dalam mewujudkan masyarakat yang tata titi tentrem kertaraharja sebagai visi perjuangan pembangunan daerah tersebut.
Di sisi lain, wareg, waras, wasis, wutuh, dan wisma menjadi indikator pembangunan dengan sektor pertanian sebagai pilar utama.
Hal itu dikatakan Bupati Klaten Sunarno pada panen raya padi varietas pak tiwi di Desa Trasan, Juwiring, Rabu (22/4). Panen raya demplot padi 15 hektare itu digelar atas kerja sama dengan Fakultas Pertanian UGM.
Menurutnya, Klaten merupakan salah satu lumbung padi nasional. Untuk mempertahankan produktivitas dalam menjaga ketersediaan dan ketahanan pangan, pertanian diangkat sebagai salah satu sektor unggulan di Kabupaten Klaten.
"Pertanian sebagai sektor unggulan ini selaras dengan cita-cita pemerintah kabupaten mewujudkan masyarakat yang tatatiti tentrem kertaraharja," kata Sunarno saat menghadiri panen raya padi varietas pak tiwi di Desa Trasan, Juwiring, kemarin.
Kabupaten Klaten menargetkan produksi padi pada tahun ini sebesar 394.800 ton gabah kering giling bisa tercapai. Harga anjlok Melimpahnya gabah petani pascapanen belum memuaskan para petani. Seperti di Kabupaten Subang, Jawa Barat, para petani masih mengeluhkan rendahnya harga gabah yang dibeli Bulog. Keluhan itu dikemukakan para petani saat berdialog dengan Kepala Badan Karantina Pertanian Kementerian Pertanian dan Bulog Subang, kemarin.
Mereka mengungkapkan harga pembelian gabah masih di bawah harga yang ditetapkan pemerintah (HPP) Rp3.700 per kilogram.
"Kenyataannya di lapangan harga gabah kering pungut Rp2.500 per kg," ungkap Abdul Muis, petani di Desa Mariuk, Subang.
Namun, pernyataan Abdul Muis dibantah Kepala Bulog Subang Dedi Supriadi. "Justru harga gabah yang dijual di pasaran saat ini di atas HPP, yakni rata-rata Rp4.100-Rp4.200 per kilogram," jelasnya.
"Harga gabah di sini sempat anjlok hingga di bawah HPP. Tengkulak saat ini hanya berani membeli gabah di bawah Rp3.000 per kg untuk gabah kering panen. Padahal sesuai HPP Rp3.700 per kg," kata Supriyono, petani asal Juwono, Pati.
Di Banyumas, Bulog Subdivre setempat telah menyerap gabah dan beras petani dalam jumlah cukup besar. Pada pekan lalu penyerapan gabah mencapai 1.000 ton, dan kini naik menjadi 3.000 ton. "Kami menargetkan pada akhir April dapat mencapai 6.000 ton," kata M Priyono, humas Bulog Banyumas.
Hal sama juga dilakukan Bulog Ciamis yang terus meningkatkan penyerapan beras untuk wilayah Priangan meliputi Kabupaten/Kota Tasikmalaya, Ciamis, Banjar, Pangandaran, dan Garut.
Di tengah melimpahnya gabah dan beras setelah panen raya, sebagian petani sudah memasuki musim tanam. Seperti di persawahan Manikin, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, hama ulat grayak menyerang puluhan hektare tanaman padi.
Selain hama, persoalan lain yang dihadapi petani ialah saluran irigasi persawahan yang tidak lancar.
Menurut Kepala Balai Teknologi Lingkungan BPPT, Arie Herlambang, saat ini ada 222 daerah aliran sungai di Indonesia rusak. "Penyebabnya kerusakan lingkungan, pencemaran, perubahan tata guna lahan, sedimentasi, maupun eksploitasi air," ujarnya. (PO/LD/AD/AS/N-4)