PLTA Gajah Mungkur Krisis Air

CURAH hujan yang turun sejak November 2015 belum mampu mengisi Waduk Gajah Mungkur Wonogiri, Jawa Tengah, secara optimal.

Akibatnya, elevasi air belum bisa menggerakkan turbin pembangkit listrik tenaga air (PLTA).

"PLTA belum mampu beroperasi. In flow air masih terlalu kecil. Ketinggian air masih 132,14 dpl (di atas permukaan laut), belum mencapai batas maksimal 136 dpl, sehingga masih dibutuhkan gelontoran air yang lebih banyak lagi dari hulu," ungkap Kepala Divisi Jasa Air dan Sumber Air (ASA) III Perum Jasa Tirta I Wilayah Bengawan Solo Erwando Rachmadi di Wonogiri, Jateng, Senin (8/2).

Sementara itu, Manajer Senior Public Relations PT PLN Agung Murdifi dalam siaran persnya mengatakan Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) Bangkanai, Kalimantan Tengah, mulai beroperasi dan untuk tahap awal memasok sistem kelistrikan Muara Teweh (isolated area) sebesar 7,7 megawatt (Mw).

Krisis listrik juga masih terjadi di Kutai Barat, Kalimantan Timur. Bupati Kutai Barat Ismael Thomas memperkirakan baru sekitar 20% warga yang menikmati listrik.

Kondisi itu, jelas dia, merupakan sebuah ironi, mengingat dari dalam perut daerah yang dia pimpin kerap dikeruk batu bara yang menjadi salah satu bahan bakar penghasil listrik.

"Kami penghasil batu bara, tetapi kami tidak diprioritaskan," katanya.

Data yang dihimpun Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) menyebut, hingga 2009, total produksi batu bara di Indonesia 193,98 juta ton.

Jumlah itu terus meningkat dari tahun sebelumnya, yakni 148,8 ton pada 2007 dan 175,3 ton pada 2008.

Kalimantan Timur menjadi provinsi tertinggi dengan produksi batu bara sebanyak 112,7 juta ton, diikuti Kalimantan Selatan sebanyak 69,7 juta ton, Bengkulu 22,7 juta ton, dan Sumatra Selatan 11,4 juta ton.

Sementara itu, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) sejak 2008 hingga 2013, tiga provinsi menjadi sumber utama batu bara, yakni Sumatra Selatan (39%), Kalimantan Timur (34%), dan Kalimantan Selatan (16%). (WJ/Ire/Pro/N-2)