Headline
Pemerintah tegaskan KPK pakai aturan sendiri.
BULOG Divisi Regional (Divre) Sulawesi Tengah memperbanyak titik pelaksanaan operasi pasar (OP) guna menekan tingginya harga penjualan beras. Hingga (3/2), harga pasaran masih bertahan Rp12 ribu per liter. Kepala Perum Bulog Divre Sulteng Ma'ruf mengatakan, sebelumnya OP yang digelar Bulog hanya tersebar di dua titik, yakni di Pasar Tradisional Inpres Manonda (PTIM) dan Pasar Masomba Palu. Namun, karena belum efektif, pihaknya kemudian menambah beberapa titik OP di dua pasar tersebut. "Yang tadinya di PTIM hanya empat titik, ditambah empat titik lagi menjadi delapan titik. Dan di Masomba yang tadinya empat titik ditambah juga dua titik menjadi enam titik. Selain itu, OP yang mobile juga dirutinkan di jalan-jalan," katanya di Palu, kemarin. Ma'ruf berharap penambahan titik OP itu bisa menekan harga penjualan beras di pasaran. Pasalnya, hingga saat ini harga beras yang dijual pedagang di pasaran masih bertahan di harga Rp12.000 per liter. "Dalam OP beras hanya dijual Rp8.000 per liter. Harga yang relatif murah itu kami harapkan bisa menekan harga dan mempermudah masyarakat jika ingin membeli," imbuhnya.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulteng, Abubakar Almahdali, mengakui OP yang sebelumnya digelar Bulog di empat titik PTIM dan empat titik Masomba belum efektif. "Dikatakan efektif jika sudah bisa menekan harga. Nyatanya sekarang kan harga beras di pasaran masih bertahan," katanya, kemarin.
Abubakar berharap adanya penambahan titik OP di dua pasar tersebut bisa menekan gejolak harga yang sejatinya memberatkan warga. "Beras ini kebutuhan harian warga. Kalau harganya tinggi pasti memberatkan, dan saya yakin semakin banyak titik OP pasti mempermudah warga apalagi harga beras di OP hanya Rp8.000 per liter," tandasnya. Diketahui, tingginya harga penjualan beras di pasaran Palu karena semakin menipisnya ketersediaan stok di tingkat pedagang.
Menipis
Pada bagian lain, stok beras sejahtera (rastra) untuk melayani warga miskin di empat kabupaten, yakni Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, dan Cilacap, Jawa Tengah (Jateng), menipis sebab stok di Gudang Bulog Subdivisi Regional (Subdivre) Banyumas hanya mampu melayani hingga Maret 2016 mendatang. Humas Bulog Banyumas Priyono menyatakan untuk mencukupi kebutuhan rastra di empat kabupaten di Jateng selatan, stoknya hanya sampai Maret mendatang."Setiap bulannya, kami menyalurkan 6,25 ribu ton untuk 415 ribu lebih keluarga miskin. Stok beras memang hanya sampai Maret mendatang. Stoknya menipis," ujarnya, kemarin. Meski demikian, lanjut Priyono, pihaknya bakal menggenjot penyerapan pangan yang dapat dilaksanakan mulai Maret mendatang. "Bulog bakal menyerap mulai Maret karena masa panen di wilayah Jateng selatan akan mulai pada Maret," jelasnya. Di Jawa Timur, pengadaan beras dari petani yang dimobilisasi Bulog setempat hingga kini masih nihil meskipun sudah memasuki Februari.
Ini disebabkan belum meratanya musim hujan di Jawa Timur. "Belum meratanya hujan di penghujung 2015 membuat masa tanam padi di sejumlah daerah di Jawa Timur tidak merata," kata Wakadivre Perum Bulog Jatim Dedi Supriyadi di Surabaya, kemarin. Di Jawa Barat, petani Kabupaten Karawang terus melakukan kejar target tanam rendeng yang akan berakhir pada Maret. Menurut data Dinas Pertanian Kehutanan Perkebunan dan Peternakan (Distanhutbunak) setempat, telah tercatat sekitar 37.600 hektare lahan sawah yang telah ditanami, atau 40% dari luas 94 ribu hektare pada Februari ini. "Para petani terus melakukan giat penanaman dan penyemaian di sejumlah daerah," ungkap Kasi Perlindungan Tanaman Padi dan Palawija Distanhutbunak, Yuyu Yudaswara, kemarin.
(LD/FL/CS/WJ/N-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved