Headline
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.
DINAS Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, mengakui para pengusaha tahu di Desa Tropodo, Kecamatan Krian, masih menggunakan sampah plastik untuk bahan bakar.
Kepala DLHK Kabupaten Sidoarjo, Sigit Setyawan, mengatakan praktik penggunaan sampah plastik sudah berlangsung selama bertahun-tahun.
Menurutnya, Pemerintah Kabupaten Sidoarjo sebenarnya sudah melarang penggunaan sampah plastik, tetapi para pengusaha tahu masih sulit meninggalkan praktik penggunaan sampah plastik sebagai bahan bakar.
Faktor ekonomi, lanjutnya, dijadikan alasan oleh para pengusaha tahu untuk tetap menggunakan sampah plastik. "Sebetulnya saya sudah mendapat informasi itu sejak Juni lalu dari teman-teman media. Setelah mendapat informasi itu, barulah kita konfirmasi ke sana," kata Sigit.
Menurut Sigit, sempat terjadi penolakan dari pengusaha setempat saat tim DLHK mendatangi lokasi industri tahu. Padahal, pihaknya sudah menjelaskan tujuan pemerintah daerah dalam melakukan kunjungan tersebut.
"Waktu itu ada dua industri yang saya kunjungi, ternyata yang satu ditolak sama pemiliknya, padahal sudah saya jelaskan dari dinas," terang Sigit. Ternyata penggunaan sampah plastik sebagai bahan bakar tidak hanya mengganggu pernapasan manusia, tetapi juga berdampak pada ayam yang mengonsumsi sampah.
"Kami sempat mengundang mereka, ada sekitar 50-an pengusaha. Namun, yang hadir hanya 13 orang, termasuk Kades Tropodo karena dia juga punya usaha itu."
Sebelumnya diberitakan, tahu dan telur ayam dari Desa Tropodo diduga mengandung zat kimia berbahaya, yaitu dioksin. Masalah itu bermula dari ulah sejumlah pengusaha yang mengimpor limbah sampah plastik dari sejumlah negara, yakni Eropa, Amerika, Australia, Selandia Baru, dan Hong Kong.
Sampah plastik impor itu diturunkan di Pelabuhan Tanjung Perak, Batam, dan Tanjung Priok. Namun, para pengusaha tahu yang jumlahnya sekitar 30 orang di Desa Tropodo membelinya untuk bahan bakar mengolah tahu. (HS/FL/N-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved