Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

BPBD Sleman Pastikan Potensi Banjir Lahar Hujan Relatif Kecil

Agus Utantoro
01/11/2019 12:31
BPBD Sleman Pastikan Potensi Banjir Lahar Hujan Relatif Kecil
BPBD juga telah melakukan pengamanan dengan memasang tidak kurang 20 alat peringatan dini banjr lahar.(MI/Agus Utantoro)

BADAN Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta menyatakan saat ini potensi banjir lahar hujan di lereng Gunung Merapi relatif masih kecil.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Sleman, Makwan, Jumat (1/11) mengatakan, aktivitas vulkanik Gunung Merapi selama ini memunculkan kubah lava yang volumenya mencapai 397.000 meter kubik. Di sisi lain, ujarnya, kawasan puncak juga belum terjadi hujan deras sehingga tidak perlu ada yang dikhawatirkan.

Makwan menambahkan, di alur sungai-sungai yang berhulu di puncak Merapi, saat ini terdapat lubang-lubang bekas galian penambangan yang cukup dalam dan banyak. Sehingga, lanjutnya, jika terjadi hujan deras yang membawa material sisa erupsi, dipastikan akan mengisi lubang-lubang  bekas galian tersebut sebelum meluber.

"Lahar hujan diprediksikan tidak akan sampai ke daerah bawah apalagi meluber," katanya.

Makwan mengatakan, jika terjadi lahar hujan, tidak akan terlalu membahayakan permukiman penduduk. Sebab saat ini kedalaman sungai yang berada di lereng Merapi sangat dalam. Meski demikian, lanjutnya, BPBD juga telah melakukan pengamanan dengan memasang tidak kurang 20 alat peringatan dini banjr lahar. Peralatan peringatan dini tersebut, lanjutnya kesemuanya dalam kondisi baik dan dapat berfungsi baik untuk memberikan peringatan dini kepada masyarakat.

"Menghadapi musim hujan kami telah melakukan persiapan yang mencakup pengecekan perangkat early warning system (EWS) yang dipasang di sungai yang berhulu di Merapi. Seluruh EWS dalam kondisi baik. Semua ready,"  jelas Makwan.

Menurut dia, ada lebih dari 20 EWS telah terpasang yang tersebar di sepanjang alur Sungai Gendol, Opak, Krasak, Boyong dan Kuning. EWS tersebut dibunyikan saat ada lahar hujan yang berpotensi mengancam permukiman penduduk yang berada di sekitar aliran sungai.

"Saat ini belum ada hujan deras di area puncak. Hanya beberapa kali terjadi gerimis. Oleh karenanya potensi terjadi lahar hujan masih kecil," katanya.

Meski sudah dua kali dilanda hujan, wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta hingga saat ini belum memasuki musim penghujan. Kepala Kelompok Data dan Informasi Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta Etik Setyaningrum di Yogyakarta mengatakan dua kali hujan ini belum bisa dikatakan DIY telah memasuki musim hujan. Alasannya wilayah DIY waktu awal musim hujan berbeda-beda dan bertahap.

baca juga: Gubernur Riau Minta Pusat Tinjau Ulang Kenaikan Iuran BPJS

Ia mengatakan suatu wilayah dikatakan sudah memasuki musim hujan apabila curah hujannya telah mencapai 50 milimeter (mm) lebih dalam satu dasarian (10 hari). Dan kondisi itu bertahan dua dasarian berikutnya secara berturut-turut. Menurut prakiraan BMKG, musim hujan akan datang secara bertahap di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, dimulai dari wilayah Kabupaten Kulonprogo bagian utara dan Sleman bagian barat.

"Puncak musim hujan diprediksi terjadi di bulan Januari sampai Februari 2020," kata Etik. (OL-3)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya