Headline
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menetapkan tarif impor baru untuk Indonesia
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menetapkan tarif impor baru untuk Indonesia
MALAM itu, sekitar pukul 18.00 WIB, langit sudah pekat menyelimuti Dusun Bambangan
Musim baratan saat ini mengalami kemunduran. Namun hasil tangkapan ikan di sepanjang perairan utara (pantura) mulai mengalami penurunan dan pemerintah serta para nelayan mulai menyiapkan diri menghadapi musim paceklik.
Pemantauan Media Indonesia di Pantura, Selasa (26/1), gelombang di Laut Jawa masih terlihat normal dengan ketinggian di bawah satu meter. Musim baratan yakni gelombang tinggi.
Jumlah nelayan yang turun di perairan untuk menangkap ikan berkurang hingga 20% dari kondisi normal, karena mereka khawatir memasuki musim baratan, sehingga selain menghadapi gelonbang tinggi yang membahayakan pelayaran juga jumlah hasil tangkapan ikan tidak sebanding dengan pengeluaran serta perjuangan melawan ganasnya gelombang.
"Hasil tangkapan ikan memang menurun dari biasanya, meskipun musim baratan mundur dari prediksi awal pertengahan Januari," kata Warasono,45, nelayan di Pantai Bandengan, Jepara.
Hal senada juga diungkapkan oleh Suryadi,49, nelayan di Juwana, Pati, memasuki musim baratan ini hasil tangkapan ikan mulai mengalami penurunan. Jika biasanya nelayan dengan perahu sopek rata-rata nendapatkan hingga 25-30 kilogram per hari, kini hanya berkisar 20 kilogram per hari. "Tapi harga jual ikan naik rata-rata Rp10.000 per kilogram, jadi masih bisa menutupi pengeluaran yang mencapai Rp120.000 per hari baik untuk BBM maupun perbekalan," katanya.
Menghadapi musim baratan ini, ribuan nelayan melalui Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Jepara meminta Pemkab Jepara segera membagikan beras paceklik, karena nelayan dipastikan tidak dapat melaut saat gelombang tinggi terjadi.
"Kita minta cadangan beras untuk mengantisipasi musim baratan sekitar 56,5 ton yang akan dibagikan kepada 11.800 nelayan di Jepara ini," kata Ketua HNSI Jepara Sudiyatno.
Saat musim baratan terjadi, demikian Sudiyatno, para nelayan tak bisa mencari nafkah, karena kondisi gelombang tinggi dan angin kencang. Akibatnya, ribuan nelayan kesulitan untuk menyambung hidup.
Namun meskipun intensitas hujan cukup tinggi, ujar Sudiyatno, musim baratan saat ini belum sepenuhnya terjadi. Mundurnya musim baratan ini sedikit melegakan karena para nelayan masih dapat mencari ikan, walaupun hasil tangkapannya menurun.
"Kita tetap mengimbau agar nelayan waspada perubahan cuaca yang setiap saat bisa terjadi," tambahnya.
Sementara itu menghadapi musim paceklik saat musim baratan terjadi, nelayan di Kota Pekalongan mulai menerima bantuan beras dari Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah sebanyak 15,5 ton yang dibagikan kepada 14 kelompok nelayan dengan anggota 120-200 nelayan per kelompok.
"Bantuan ini diambilkan dari 300 ton cadangan beras tahun 2016. Diharapkan dapat membantu nelayan di Pekalongan yang sedang menghadapi paceklik karena sudah 15 hari tidak dapat melaut," kata Kepala Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah Whitono.
Ketua HNSI Kota Pekalongan Rasdjo Wibowo mengatakan dengan adanya kucuran bantuan beras paceklik ini cukup menggembirakan, karena setiap keluarga nelayan akan mencapaykan beras rata-rata 7,5 kilogram. "Mereka sudah cukup lama tidak melaut akibat gelombang tidak mennentu dan hasil tangkapan ikan kecil," tambahnya.(OL-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved