Headline
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan
S |
UASANA pagi di Desa Tempursari, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, kemarin, tampak lebih semarak. Sejak sekitar pukul 08.00 WIB, warga dengan semangat berduyun-duyun menuju Kantor Balai Desa Tempursari. Mereka ramai-ramai menggunakan hak pilih dalam pemilihan kepala desa.
Menurut Camat Sambi Radityo Sumarno, jumlah data pemilih tetap di Desa Tempursari sebanyak 2.597 orang, dan mereka dibagi menjadi lima kelompok sesuai jumlah ruang pemungutan suara (RPS). Ada dua calon kepala desa, yakni Panut dan Sri Lestari.
Meskipun kelihatan serius bersaing untuk menjadi orang nomor satu di desa tersebut, kedua calon kades kelihatan akrab. Kebetulan ternyata kedua calon kades itu pasangan suami istri.
Pilkades di Desa Tempursari tampak seperti pelaksanaan pemilu serentak nasional yang baru berlalu. Bedanya pemilihan dilakukan dengan dengan metode e-voting atau secara elektronik. Warga setempat tidak canggung dengan metode itu karena sebelumnya mereka mendapatkan pemahaman tentang cara pemilihan elektronik.
“Warga lebih semangat tidak perlu antrean karena setiap warga yang menggunakan hak suaranya prosesnya hanya butuh waktu beberapa menit,” ujar Radityo.
Desa Tempursari merupakan satu dari 69 desa di Boyolali yang pada hari yang sama menggelar pilkades dengan menggunakan e-voting. Desa-desa tersebut tersebar di 19 kecamatan di Kabupaten Boyolali. Ini merupakan kali keempat pemakaian metode e-voting dalam pilkades serentak Boyolali.
Kepala dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (Dispermasdes) Boyolali Purwanto mengatakan dengan e-voting proses pemilihan menjadi lebih cepat.
Pemilih dengan menunjukan surat undangan dari panitia langsung dicocokkan dengan data pemilu tetap desa, kemudian diberikan smart card untuk memilih calon.
“Setelah tombol foto calon dipilih kemudian keluar kertas barcode yang kemudian dilipat dimasukkan ke kotak audit (kotak suara),” kata Purwanto.
Selain itu, kata Purwanto, hasil metode e-voting lebih akurat dan tidak bisa dicurangi karena semuanya sudah terpantau sistem elektronik. Warga pun semakin mahir menggunakan sistem tersebut.
Selain dengan e-voting, terdapat 160 desa yang memakai cara konvensional, yakni mencoblos surat suara. Total desa yang menggelar pilkades serentak di Boyolali sebanyak 229 desa. Namun, satu desa terpaksa diundur pelaksanaannya karena calon kades di desa itu hanya satu atau melawan kotak kosong. (Ant/P-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved