Headline

Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.

Fokus

Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.

Meningkatkan Ekonomi di Galeri Tenun Ikat  Kampung Adat

(Palce Amalo/N-2)
05/3/2019 23:00
Meningkatkan Ekonomi di Galeri Tenun Ikat  Kampung Adat
( MI/PALCE AMALO)

KAMPUNG adat Sumba, Nusa Tenggara Timur, selalu menyedot perhatian dan daya tarik bagi wisatawan. Ekseotisme alam dan adat istiadat di kampung adat ini masih dijaga. Saat saya nmengunjungi Kampung Adat Praingu Prailiu, Sumba Timur, yang lokasinya di tengah kota, Minggu (3/3), di sana terdapat rumah adat Uma Kalada berbentuk panggung dengan atap menjulang tinggi. Di sekitarnya ada kuburan megalitikum dan peralatan upacara adat hingga kerajinan tangan.

Praingu Prailiu juga kampung raja. Jejak-jejaknya masih terlihat seperti rumah adat yang di dalamnya tersimpan benda-benda bersejarah peninggalan para raja dan makam raja. Raja terakhir bernama Umbu Jaka mangkat pada 2008. Sampai saat ini belum ada pengangkatan raja baru. Kuburannya persis di depan rumah adat.

Seiring perkembangan zaman dan usaha pemerintah melakukan pemberdayaan ekonomi masyarakat, penghuni kampung adat yang merupakan keturunan para raja pun tidak ketinggalan. 

Lewat Program Sosial Bank Indonesia (BI) Perwakilan Nusa Tenggara Timur  pada 20 April 2018, Deputi Gubernur BI Rosmaya Hadi meresmikan pengoperasian Galeri Seni Tenun Ikat Sumba di area kampung tersebut. “Ada 50 laki-laki dan perempuan yang mengandalkan galeri tenun ikat ini sebagai kekuatan ekonomi rumah tangga kami,” kata koordinator Galeri Tenun kat Kampung Adat Praingu Prailiu, Tamu Rambu Eri.

Sekarang di galeri yang dibangun dengan anggaran Rp700 juta ini tersedia berbagai kain tenun motif Sumba hasil tenun masyarakat. Kini hasil tenun masyarakat yang biasanya sulit terjual lantaran keterbatasan akses pasar bisa dipasarkan lewat galeri tersebut. Harganya mulai Rp1 juta hingga puluhan juta rupiah per sarung.

Di galeri ini juga bisa dijumpai peralatan seperti mamuli sebagai simbol rahim perempuan dan tali luluamah sebagai simbol pria. Pihak laki-laki akan menyerahkan mamuli dan laluamah kepada gadis yang dipinangnya. “Mamuli biasa terbuat dari emas, wajib dibawa pria saat meminang gadis,” kata Sinta Bala, warga setempat. 

Namun, mamuli yang dijual di galeri itu terbuat dari kuningan seharga Rp250.000 per buah untuk perhiasan. Sekarang dua peralatan penting yang biasanya dijumpai saat peminangan ini bisa dibeli bebas oleh wisatawan sebagai oleh-oleh.Manajer Fungsi Koordinasi dan Komunikasi Kebijakan, Kantor BI Perwakilan NTT, Andre Asa, mengatakan galeri itu untuk menguatkan ekonomi rumah tangga warga setempat. 

“Kami bersyukur karena galeri ini menjadi tempat representatif bagi para penenun untuk merasakan keuntungan ekonomi dari hasil tenun ikat,” ujar Andre. (Palce Amalo/N-2)
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya