Headline

Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.

Fokus

Sejumlah negara berhasil capai kesepakatan baru

Pihak Keluarga Yakin 7 ABK KM Multi Prima Selamat

Arnoldus Dhae
29/11/2018 10:05
Pihak Keluarga Yakin 7 ABK KM Multi Prima Selamat
Salsh satu ABK Kapal Motor Multi Prima 01 Riski(MI/Arnoldus Dhae)

NASIB tujuh ABK Kapal Motor Multi Prima 01 yang tenggelam pada Kamis (22/11) lalu hingga hari keenam ini belum jelas. Selama proses pencarian, pihak keluarga terus berkoordinasi dengan Bagian Operasional Kantor SAR Mataram, Selamet.

Dari koordinasi dengan Bagian SAR, hasil pencarian masih nihil hingga saat ini. Standar Operasional Prosedur (SOP) Basarnas sudah jelas mengatur untuk melakukan operasi pencarian per wilayah. 

Upaya pencarian oleh Kantor SAR Mataram juga melibatkan para nelayan dan kapal yang sedang melintas di daerah tersebut. Apalagi operasi pencarian ini sudah dikondisikan juga melalui radio SROP yang dimiliki oleh shahbandar.

SAR Mataram mengatakan, seluruh kapal yang melintas sudah memiliki jiwa SAR,dan wajib memberikan informasi melalui radionya masing-masing.

Salah satu keluarga korban atas nama Phlipus Kopong bernama Gerardus Geo Pari saat dikonfirmasi membenarkan jika ia terus berkomunikasi dengan pihak SAR NTB. Pihak keluarga tentu tak bisa menunggu terlalu lama kejelasan nasib para korban. 

Menurut Gerardus Geo Pari, ayah kandung Philipus Kopong Beni Bahy yang dinyatakan hilang bersama keenam rekannya, pihak keluarga masih meyakini jika anaknya masih selamat. 

“Kami menghargai kinerja Kantor SAR Mataram dan semua tim yang telah membantu mencari anak kami tapi hingga hari ke-7 ini belum ada hasil, nasib anak kami tidak jelas. Karenanya kami mendesak Basarnas Pusat agar segera turun tangan membantu mencari para korban. Kalau hanya mengandalkan tim pada Kantor SAR lokal, kami khawatir nasib anak kami makin tidak jelas. Lalu ke mana lagi kami mengadu?” kata Geo Pari saat dikonfirmasi, Kamis (29/11).

 

Baca juga: Setengah Juta Warga NTT belum Rekam KTP-E

 

Ia mengatakan, seluruh keluarga besar Desa Wato One, Kecamatan Witihama, Flores Timur, NTT, terus menanti kejelasan nasib anaknya. Philipus Kopong Beni Bahy, 47, ialah anak pertama  dari enam bersaudara, buah kasih pasangan Bapak Gerardus Geo Pari dan Ibu Maria Woli Nama (alm). 

Setelah malang melintang di beberapa kapal, sekitar 3 tahun lalu Philipus bergabung dengan KM Multi Prima 01 dengan jabatan sebagai chief engineer atau bas. 

Philipus Kopong Beni Bahy menikah dengan wanita Jember, Sri Andayani, 45, dan dikarunia dua orang anak perempuan. Anak pertama Maria Matilda Deran Songan, 18, baru saja tamat SMA. Anak kedua,  Eustasia Angel Salsaputri Bahy, 9, yang sekarang duduk di kelas 3 SD.

Nasib yang sama juga dialami korban lainnya bernama Riski. Riski, pria 26 tahun asal Kupang, NTT, salah seorang korban hilang tenggelamnya KM Multi Prima 01 pada Kamis, 22 November 2018 lalu. Ia dikabarkan sudah ditemukan dalam keadaan hidup, Rabu (28/11) sore. 

Hal ini diketahui dari beredarnya foto Riski yang sedang mendapat perawatan di atas sebuah kapal yang menyelamatkannya. Foto-foto ini diterima oleh Opin Bahy, adik kandung Philipus Kopong Beni Bahy.
 
Menurut Opin, foto ini dikirim oleh salah seorang patugas SAR Mataram yang selama ini intens berkomunikasi dengan mereka untuk update informasi pencarian para korban.

Informasi yang beredar di media sosial whatsapp menyebutkan, sekitar pukul 16.40 Wita Stasiun Radio Pantai (SROP) Sumbawa dapat berkoordinasi dengan KM Senja Persada yang saat itu dalam perjalanan dari Pulau Buru, Maluku, menuju Surabaya. Para ABK KM Senja Persada inilah yang menyelamatkan Riski yang saat itu terapung-apung di laut dalam kondisi lemas. 

Nantinya, Jumat (30/11), KM Senja Persada yang menmbawa Rsiki diperkirakan tiba di Surabaya. Seperti terlihat dalam foto, kondisi Riski tampak segar bugar setelah mendapat pertolongan oleh ABK KM Senja Persada. 

Namun persisnya di mana dan kapan Riski ditemukan, informasi ini belum bisa dikonfirmasi kepada pihak Kantor SAR Mataram. 

Kabag Ops Kantar SAR Mataram, Selamet, yang dikonfirmasi belum menjawab. 

Hingga kini nasib korban hilang lainnya belum jelas. Dari Desa Wato One, Adonara, Flores Timur pihak keluarga Philipus Kopong Beni Bahy juga menempuh jalan alternarif secara adat guna mencari tahu nasib Philipus.  

“Ada petunjuk, Philipus dan beberapa rekannya terdampar di pulau kedua sekitar Pulau Kapoposan Bali. Mereka dirawat oleh penduduk setempat,” kata Bernard, yang tak lain paman kandung Philipus.

Bernard berharap informasi ini bisa diteruskan kepada tim SAR Mataram agar fokus pencariannya tidak melulu di laut melainkan juga ke pulau-pulau sekitar pulau Kapoposan Bali. 

Masih menurut Bernard, berdasarkan petunjuk “orang pintar” tadi, Philipus dan 3 temannya terdampar di pulau kedua sekitar Pulau Kapoposan Bali, Sedangkan 3 orang lagi terdampar di Pulau Kangean.

Seperti diberitakan sebelumnya, KM Multi Prima 01 yang membawa14 ABK sedang dalam perjalanan dari Surabaya menuju Waingapu, Sumba Timur, NTT tenggelam pada Kamis, 22 November 2018 sekitar pukul 18.00 Wita di Pulau Kapoposan Bali, Lombok Utara karena dihantam gelombamg setinggi 2 meter.

KM Multi Prima 01 yang memuat bahan bangunan itu sempat memberi sinyal bahaya dan segera ditangkap oleh KM Cahaya Abadi 201 yang sedang melintas di perairan Selat Bali. KM Cahaya Abadi 2011 segera memberi pertolongan dan berhasil menyelamatkan 7 ABK. 


Inlah daftar ke-7 ABK yang diselamatkan oleh KM Cahaya Abadi 201:
1. Bob Chris Butarbutar, 26, berasal dari Parapat Medan (second Officer), 
2. Rahmat Tuloh, 27, berasal dari Lamongan (second enginer)
3. Debiyallah Sastria, 27, berasal dari Larantuka Flores. (Tidak dirinci)
4. Zainal Arifin berasal, 21, dari Larantuka Flores. (Tidak dirinci)
5. Benyamin Henuk, 34, berasal dari Larantuka Flores. (Tidak dirinci)
6. Aldy Hidayat, 18, berasl dari Makasar (cadet engine) 
7. Haji Jamaludin, 20, berasal dari Larantuka Flores (koki)

Sementara 7 ABK yang masih dinyatakan hilang, yakni:
1. Syamsul Salda, 38, berasal dari Flores Timur (Chief)
2. Tarsisius Atulolon atau Joi, 35, berasal dari Desa Puka One, Flores Timur (Nahkoda)
3. Pande, 67, berasal dari Jakarta (KKM)
4. Riski, 26, berasal dari Kupang (Oiler)
5. Sutrisno, 57, berasal dari Sragen (Oiler)
6. Soni Kancil, 41, berasal dari Flores (Bosun)
7. Philipus Bahy, 43, berasal dari Desa Wato One, Flores Timur (Bas).

Informasi terakhir, salah seorang korban hilang yakni Riski sudah ditemukan dalam keadaan hidup. Namun seperti apa kondisinya, persisnya di mana dan pada waktu berapa Riski ditemukan, informasi ini belum bisa dikonfirmasi kepada pihak Kantor SAR Mataram. (OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dwi Tupani
Berita Lainnya