Headline
Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.
Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.
POLISI Batam aktif melakukan patroli siber (cyber) di sejumlah grup yang diduga merupakan sarang tempat perkumpulan aktivitas lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) di Kota Batam.
Kasat Reskrim Polresta Barelang AKP Andri Kurniawan mengatakan, patroli siber sudah dilakukan oleh Satreskrim Polresta Barelang dalam satu minggu belakangan ini untuk menyelidiki akun-akun media sosial yang ada di wilayah Batam.
"Terus kami pantau, karena meresahkan masyarakat. Khususnya grup-grup di media sosial yang dicurigai. Akan tetapi, sejauh ini kami belum mendapatkan bukti valid untuk mengungkapkan grup-grup yang mana yang menjadi target kami," katanya, Kamis (18/10).
Dalam sepekan terakhir, Polresta Barelang melaksanakan patroli siber, ia belum bisa memastikan apakan ada atau tidaknya akun media sosial yang berisikan konten negatif. Sejauh ini, ia belum mau membeberkan apakah ada atau tidaknya akun yang berisi konten menjual diri atau video dan gambar.
"Tentu kami harus tetap melakukan penyelidikan lebih dalam, karena mengingat banyaknya berita di media massa terkait dengan masalah gay ataupun LGBT," tambahnya.
Dia berharap agar masyarakat di Batam memberikan laporan jika ditemui ada grup yang mencurigakan di medsos untuk ditindaklanjuti.
Sementara itu Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Daerah Kepuluan Riau, Eri Syahrial, mengatakan kasus LGBT di kalangan pelajar hendaknya tidak dianggap sepele oleh kalangan orang tua dan guru.
"Ini menandakan bahwa kasus LGBT di kalangan remaja sudah semakin meningkat ini menandakan kurangnya kontrol dari para orang tua. Karena orang terdekat mereka adalah keluarga, jadi keluarga memegang peran penting dalam hal ini," katanya.
Untuk itu, lanjutnya, KPAID Kepri akan bekerja sama dengan sekolah-sekolah di Batam memberikan sosialisasi mengapa hal tersebut tidak baik bagi generasi muda, karena merusak cara dan pola berpikir generasi selanjutnya.
"Kami coba merangkul kalangan sekolah dan akademisi untuk mensosialisasikan agar anak muda tidak terlibat di grup di medsos yang jelas secara psikologis merusak. Mudah-mudahan instansi terkait menertibkan grup-grup ini," paparnya. (OL-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved