Headline

Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.

Fokus

Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.

Sebagian Tol Trans Sumatra Selesai April 2019

Dwi Apriyani
17/10/2018 16:05
Sebagian Tol Trans Sumatra Selesai April 2019
(MI/Eva Pardiana)

SEBAGIAN proyek Tol Trans Sumatra yang merupakan bagian pembangunan di masa pemerintahan Presiden Joko Widodo diyakini selesai April 2019 mendatang. 

Tol Pematang Panggang-Kayu Agung (PPKA) dan Tol Kayu Agung-Palembang-Betung (Kapal Betung) yang dikerjakan PT Waskita Karya ditargetkan akan selesai sebelum Pemilihan Umum dan Pemilihan Presiden 2019 mendatang. Sampai saat ini progres pengerjaan di lapangan sudah menunjukkan angka yang positif. Diketahui tol PPKA memiliki panjang sekitar 77 kilometer dan progresnya saat ini sudah mencapai 83%. 

Sementara tol Kapal Betung persentasenya sendiri sudah mencapai sekitar 65%, dengan panjang ruas jalan tol mencapai 111 kilometer.

Kepala Divisi VI PT Waskita Karya (persero) Ruas Jalan Tol Kapal Betung dan PPKA, Gunadi Soekarjo, mengatakan untuk dua tol ini diyakini selesai pada April 2019 khusus main road-nya. Sementara rest area di beberapa ruas jalan tol itu akan selesai pada Juni 2019.

"Insya Allah target dari Presiden Joko Widodo yakni tol dapat selesai dan digunakan pada April 2019 terwujud. Kita terus mengejar penyelesaian. Untuk tol PPKA hampir selesai, persentase pengerjaannya cukup tinggi. Namun tol Kapal Betung memang butuh waktu karena tol memiliki kilometer yang cukup panjang dan melintasi beberapa sungai besar," ungkap Gunadi, di sela pengecekan progres pembangunan ruas tol PPKA dan Kapal Betung, Rabu (17/10).

Ia menjelaskan, sejauh ini antara target dan pencapaian (realisasi) pembangunan jalan tol ini beriringan. Hanya saja, kata Gunadi, memang ditemui sejumlah kendala di lapangan. Di antaranya pembebasan lahan, cuaca, mobilisasi material, pertemuan antara jalan tol dengan jaringan pipa pertagas juga tol Palindra dan jalan lintas Timur milik jalan nasional.

Untuk pembebasan lahan sendiri dilakukan oleh PT Srimp (PT Sriwijaya Makmore Persada) dan sebagian lagi dilakukan secara be to be oleh pihaknya.

"Ada sejumlah bidang lahan yang lahannya masih dalam tahapan konsinyuasi dan proses pembayaran. Ada juga yang harus dibawa ke ranah hukum karena masalah tumpang tindih kepemilikan lahan," jelasnya.

Lahan yang belum bebas bukan hanya di bagian main road saja, bagian rest area pun sedang dalam tahapan pembebasan. Ia menyebutkan untuk tol Kapal Betung direncanakan sementara ada dua rest area, sementara tol PPKA ada 4 rest area.

"Rest area untuk tol Kapal Betung bisa saja nantinya bertambah. Sebab kita utamakan penyelesaian ruas jalan tol dulu," ungkap dia.

Dijelaskan Gunadi, secara keseluruhan pembangunan tol Pematang Panggang-Kayu Agung menelan investasi Rp8 triliun dan tol Kapal Betung menelan investasi Rp7 triliun.

"Investasi tol PPKA lebih besar dibanding tol Kapal Betung karena memang teknologi dan mekanisme atau sistem yang digunakan dalam mengolah tanah berbeda karena di sepanjang tol PPKA merupakan rawa gambut dalam," beber dia.

Gunadi menjelaskan, dengan adanya jalan tol ini maka tentunya akan mempersingkat jarak tempuh dari perbatasan Lampung ke Palembang. 

"Dari semula 2 jam dari Kayu Agung ke Palembang, dengan adanya tol bisa hanya 30 menit saja. Begitupun dengan ruas jalan yang lain. Lebih singkat, cepat dan nyaman," beber dia.

Terkait mekanisme pembangunan jalan tol itu sendiri, lanjut Gunadi, ada sejumlah sistem yang dipakai. Di antaranya pile slab khusus di lahan rawa gambut dengan kedalaman 32-52 meter. Penggunakan pile slab ini ada di Celikah dan Pedamaran, Ogan Komering Ilir.

"Gambutnya sangat dalam. Kalau untuk 8-20 meter, kita bisa gunakan sistem vakum. Tapi kalau gambutnya dalam, kita menggunakan pile slab (tiang pancang)," ucapnya.

Berbeda dengan lahan gambut dibawah 8 meter, pihaknya menggunakan sistem preloading. 

Ditambahkan Kepala Proyek Seksi I Kapal Betung, Arif Hardianto, pengerjaan jalan tol di wilayahnya berbeda dengan pengerjaan jalan tol di daerah Jawa.

"Kondisi tanah di Sumsel itu 80% adalah rawa gambut. Butuh teknologi canggih dan tepat agar jalan tol bisa dijamin bertahan hingga 30-50 tahun," katanya.

Menurutnya, untuk pengerjaan vakum saja butuh waktu 5 bulan. Pekerjaan ini di luar pengerjaan penimbunan dan sebagainya. (OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dwi Tupani
Berita Lainnya