Headline

AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.

Fokus

Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.

Filosofi Spiritual Bulan Muharam dalam Festival Tabut

(Marlianysah/N-2)
20/9/2018 03:30
Filosofi Spiritual Bulan Muharam dalam Festival Tabut
(ANTARA FOTO/David Muharmansyah)

BULAN Muharam, dalam kalender Islam menjadi salah satu bulan penting dalam perjalanan hijrah umat Islam. Perwujudan peristiwa-peristiwa dalam sejarah Islam dalam bulan Muharam ini disimbolkan dalam Festival Tabut 2018 yang digelar 10-20 September di Lapangan Merdeka Kota Bengkulu.

Festival Tabut ini sebetulnya memperingati tragedi meninggalnya Hasan Husein, cucu Nabi Muhammad SAW atau disebut dengan insiden Karbala.

Namun, di Bengkulu, Festival Tabut yang digelar selama 10 hari mulai 1-10 Muharam atau 10-20 September, masyarakat  memaknai kembali  peristiwa Karbala itu.

Masyarakat terlihat antusias dengan digelarnya Festival Tabut itu. Setiap hari warga berkerumun untuk menyaksikan festival itu mulai hari pertama hingga hari ini sebagai puncaknya.

Bagi masyarakat Bengkulu, Festival Tabut merupakan sebuah kebanggaan karena dalam perkembangannya menjadi wisata religi utama di Bumi Rafflesia itu.

Festival Tabut diawali dengan pelepasan Keluarga Tabut dan pengambilan tanah pada 10 September lalu. Tanah diambil di dua lokasi, yaitu Tapak Padri dan Horison. Pengambilan tanah ini dimaknai sebagai asal-usul manusia, dari tanah dan kembali ke tanah.
Tabut berarti kotak. Dalam festival ini puluhan orang mengusung kotak-kotak disusun tinggi dengan hiasan bunga warna-warni dan diarak di jalanan. Kemudian, dilaksanakan ritual cuci Penja sebuah tempat pusaka dan tanah. Setelah selesai, warga melakukan kegiatan Menjara 1 dan 2. Menjara merupakan duplikasi perjalanan Husein menuju Karbala serta duplikasi perang.  

Di situ warga akan mengikuti ritual kunjungan Tabut Bansal ke Tabut Iman. Warga ramai-ramai membawa Tabut Bansal yang lebih kecil ke Tabut Iman yang disimbolkan sebagai lelaki dengan postur besar. Kemudian, dilanjutkan dengan Arak Jari-Jari dan Arak Serban. Ritual ini menjadi simbol bahwa serban milik Husein sudah ditemukan dan direbut kembali.

seusai menemukan serban, warga melanjutkan ritual gem atau masa berkabung. Suasana menjadi sunyi karena tidak ada alat musik dhol atau semacam tambur yang dibunyikan. Warga memanjatkan doa dan diakhiri dengan pelepasan Tabut menuju Karbala yang diperingati hari ini.

Dalam pelepasan ini diwujudkan dalam bentuk parade yang diikuti 17 Tabut Iman dan Bansal. Masyarakat berbondong-bondong membawa Tabut Iman dan Bansal dengan aneka warna menuju Lapangan Merdeka. Suara tambur dhol mengiringi parade yang cukup meriah itu.

“Meski kental dengan nuansa religi, tapi ada banyak kemeriahan yang ditawarkan oleh Festival Tabut. Hal ini tentu semakin menguatkan karakter dari festival ini. Ada beragam parade seni dan budaya yang ditampilkan. Festival Tabut bahkan menggelar beragam perlombaan,” kata Menteri Pariwisata Arief Yahya saat menyaksikan Festival Tabut.

Festival tersebut sudah masuk dalam calendar of event Kementerian Pariwisata. Ketua Pelaksana Calendar of Event Kemenpar, Esthy Reko Astuti, menjelaskan Festival Tabut sudah mendekati agenda inti.

“Ini festival unik. Ada pengetahuan dan pengalaman terbaik yang diterima wisatawan bila berada di sini. Apalagi, dikemas dengan baik,” ujarnya. (Marlianysah/N-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya