Headline
Konsistensi penegakan hukum perlindungan anak masih jadi tantangan
Konsistensi penegakan hukum perlindungan anak masih jadi tantangan
Di Indonesia, cukai rokok sulit sekali naik, apalagi pada tahun politik.
MENTERI Sosial RI Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan bahwa kebersihan Sungai Citarum ialah harga mati. Sebab, Sungai Citarum merupakan tulang punggung pengairan di Jawa Barat dan DKI Jakarta.
Menurut Mensos, kebersihan Citarum sangat menunjang daerah-daerah di sekitarnya. Salah satu contohnya ialah Waduk Jatiluhur yang sumber airnya berasal dari Sungai Citarum.
"Jadi kita harus sama-sama menjaga Sungai Citarum ini karena merupakan aset bersama," kata Mensos di Jatiluhur Purwakarta, Jawa Barat, Senin (17/9).
Kementerian Sosial menyatakan tidak akan tinggal diam dalam program kebersihan Sungai Citarum. Mereka mengaku terus berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait dalam upaya pembersihan Sungai Citarum.
"Secara bertahap kami telah memberikan penjelasan pada semua stakeholder. Kini para pembuang limbah di Citarum semakin hari semakin sadar tentang pentingnya kebersihan sungai tersebut," ujarnya.
Dengan demikian, lanjut Agus, pabrik-pabrik pun kini sudah mulai untuk menggunakan IPAL dengan semestinya. Sehingga bisa meminimalisasi pencemaran yang terjadi di sungai yang pernah dinobatkan menjadi sungai terkotor di dunia tersebut.
Kedatangan Mensos dan sejumlah pejabat daerah di Waduk Jatiluhur dalam rangka membuka Temu Karya Relawan Nasional PMI. Acara tersebut dihadiri lebih dari 5.000 relawan PMI, dan berlangsung 17-22 September 2018. Selain Mensos, hadir pula Wakil Gubernur Jabar, Uu Ruzhanul Ulum.
Agenda relawan tersebut berkaitan dengan konservasi sumber air untuk menunjang program ketahanan pangan nasional. Selain itu acara tersebut juga untuk mengenalkan waduk terbesar di Asia Tenggara tersebut.
Direktur PJT II Djoko Santoso menyebutkan PJT II Jatiluhur juga ikut andil mengelola Sungai Citarum. Seperti diketahui, Sungai Citarum ini menopang 3 bendungan, yaitu Saguling, Cirata, dan Ir H Djuanda yang lebih dikenal dengan Waduk Jatiluhur.
"Saguling dan Cirata itu dikelola oleh PLN karena digunakan sebagai pembangkit listrik. Sementara PJT II mengelola bendungan Ir H Djuanda saja. Namun semuanya sangat bergantung pada Sungai Citarum," kata Djoko.
Menurut Djoko, kontribusi Waduk Jatiluhur untuk ketahanan pangan nasional sangat besar. Karena, selama ini waduk tersebut menjadi penyedia bahan baku air, selain untuk pengairan juga untuk air minum.
Sampai saat ini 80% kebutuhan air minum warga Jakarta disuplai dari Waduk Jatiluhur. Jadi diharapkan keberadaan Waduk Jatiluhur ini harus semakin dikenal baik di kancah nasional dan internasional. (X-12)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved