Headline

Pertambahan penduduk mestinya bukan beban, melainkan potensi yang mesti dioptimalkan.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Pasangan Rindu akan Prioritaskan Penanganan Sungai Citarum

Benny Bastiandy
10/5/2018 12:15
Pasangan Rindu akan Prioritaskan Penanganan Sungai Citarum
(ANTARA FOTO/Novrian Arbi)

PENANGANAN Sungai Citarum merupakan satu di antara prioritas pasangan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum (Rindu) kelak terpilih sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat 2018-2023. Satu hal penting dalam penanganan Sungai Citarum ialah soal kepemimpinan.

"Oh iya, kan ada di visi dan misi, ada juga solusi krisis. Nah, kalau saya petakan, krisis nomor satu di Jawa Barat itu masalah lingkungan. Hampir 60% bencana hidrologis di Indonesia itu ada di Jawa Barat. Sehingga Sungai Citarum akan jadi prioritas," ujar calon Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, seusai kunjungan ke Sekretariat DPD Partai NasDem Kabupaten Cianjur, Rabu (9/5) malam.

Namun, kata Kang Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil, yang dibutuhkan dalam penanganan Sungai Citarum adalah kepemimpinan. Artinya, butuh pemimpin yang berani dan solutif.

"Masalah Citarum mah cuma satu, kepemimpinan. Jadi bukan teknis macam-macam karena ada masalah hukum, masalah ekologis, masalah tata ruang. Semua ini kalau dibungkus masalahnya apa adalah kepemimpinan yang harus berani, harus solutif, harus dengan ilmu," ujarnya.

Kepemimpinan itu yang menurut penilaian Kang Emil kurang maksimal selama periode Ahmad Heryawan. Sehingga penanganan masalah Sungai Citarum harus diambil alih Presiden RI, Joko Widodo.

"Saya kira 10 tahun catatan Pak Aher (Ahmad Heryawan) menurut saya itu. Sampai harus diambil alih oleh presiden kan. Menandakan kepemimpinan untuk Citarum ini masih bermasalah," tegasnya.

Pasangan Rindu akan berkomitmen memfokuskan Sungai Citarum sebagai prioritas nomor satu penanganan krisis lingkungan di Jawa Barat. "Termasuk yang melintasi Cianjur," tandasnya.

Sebelumnya, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya Bakar, menegaskan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan terus mendorong dan mengingatkan para pengusaha di sepanjang Sungai Citarum agar mengelola air limbahnya dengan baik. Upaya itu merupakan bentuk mewujudkan program Citarum Harum yang butuh penanganan esktra.

"Kemarin sudah didorong kepada pengusaha-pengusaha. Banyak sekali, ribuan perusahaan di sepanjang Sungai Citarum yang hampir 300 kilometer. Sudah diminta kepada para pengusaha untuk mengelola air limbahnya dengan baik. Jadi enggak boleh lagi item-item (hitam) dan merah airnya langsung masuk ke sungai," kata Siti dalam kunjungannya di Cianjur akhir pekan lalu.

Penanganan Sungai Citarum sendiri melibatkan berbagai elemen yang diatur melalui Peraturan Presiden Nomor 15/2018 tentang Percepatan Pengendalian Pencemaran Kerusakan Daerah Aliran Sungai Citarum. Tim kerjanya terdiri atas para menteri sebagai pengarah serta gubernur dan pangdam sebagai tim lapangan dibantu para pejabat teknis lainnya.

"Jadi penanganan Sungai Citarum itu sudah ada tim kerjanya. Selain mengawasi air limbah, Kementerian LHK juga mendapatkan tugas menangani sampah. Penanganannya ada dua. Kalau yang di badan sungai dengan volume sangat banyak, tugas pengerukan dan pemindahannya ada di bawah koordinasi PU (Pekerjaan Umum). Soal perilaku masyarakat terhadap sampah itu tugasnya pemprov dan Kementerian LHK," beber Siti.

Siti mengatakan elemen tugas Kementerian LHK relatif cukup banyak dalam penanganan Sungai Citarum. Termasuk soal penghijauan yang terus dikoordinasikan dengan Pemprov Jabar bersama UPT Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum serta penegakkan hukum.

"Untuk penghijauan konsennya di bagian hulu dulu. Total lahan penghijauan yang dibutuhkan di DAS Citarum kira-kira 50 ribuan hektare. Tahun ini baru bisa kita siapkan sekitar 15 ribuan hingga 20 ribuan hektare. Pada dasarnya, selain dukungan APBN melalui kementerian, bisa juga dari CSR (Corporate Social Responsibility) swasta lainnya. Yang pasti, kita mendukung pemerintah daerah," jelasnya.

Progres penanganannya, kata Siti, hingga kini terus berjalan. Pembibitan pohon pun sudah ada.

"Semuanya berjalan karena sambil paralel," imbuhnya.

Penanganan Sungai Citarum ditaksir membutuhkan waktu sekitar tujuh tahun. Tapi Siti berharap penanganannya bisa lebih cepat.

"Kalau bisa kami ingin lebih cepat. Jangan sampai tujuh tahun deh. Empat sampai lima tahun sudah beres penanaman dan lain-lainnya. Apalagi bapak presiden melakukan koreksi-koreksi kebijakan dalam hal penananam dan penanganan lahan-lahan kritis. Saya kira ini akan kita percepat," tandas Siti. (BB)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya