Headline
Disiplin tidak dibangun dengan intimidasi.
PERTUMBUHAN ekonomi di Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) pada 2017 mencapai 6,59%. Ada peningkatan jika dibandingkan dengan capaian pada 2016, yakni sebesar 3,75%.
”Pertumbuhan tersebut dari sisi produksi, yang dicapai oleh lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar 12,99%, sedangkan dari sisi pengeluaran komponen net export antardaerah tumbuh sebesar 22,60%,” ujar Gubernur Kaltara Irianto Lambrie saat menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPj) Pemprov Kaltara 2017 dalam Sidang Paripurna di DPRD Kaltara, kemarin.
Peningkatan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Kaltara itu, lanjutnya, memberikan dampak positif bagi pengurangan jumlah penduduk miskin sebesar 0,26% atau 910 orang. Jumlah penduduk miskin pada 2016 sebanyak 49.470 orang atau 7,22%. Kemudian pada 2017 turun menjadi 48.560 orang atau 6,96%.
Demikian juga inflasi mengalami penurunan dari 2016 sebesar 4,39% menjadi 3,61% pada 2017 dan merupakan inflasi paling rendah dari provinsi-provinsi di Pulau Kalimantan.
Hal itu diperkuat berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim-Kaltara pada triwulan IV atau akhir 2017, secara year on year (yoy), perekonomian Provinsi Kaltara pada triwulan IV 2017 mengalami pertumbuhan sebesar 7,04%. ”Angka pertumbuhan ini lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi secara nasional. Pada triwulan IV 2017, bila dibandingkan dengan triwulan IV 2016 (yoy) ekonomi Indonesia tumbuh 5,19%,” ujarnya.
Masih sesuai data di BPS Kaltim-Kaltara, kata Gubernur, pertumbuhan ekonomi di Kaltara terjadi pada seluruh lapangan usaha. Jika diamati menurut lapangan usaha, penyediaan akomodasi dan makan minum merupakan lapangan usaha yang memiliki pertumbuhan tertinggi pada triwulan IV 2017 secara yoy sebesar 16,95%. Diikuti lapangan usaha transportasi dan pergudangan yang tumbuh sebesar 11,03%, dan lapangan usaha pengadaan listrik dan gas yang tumbuh sebesar 10,19%.
Jika diamati sumber pertumbuhan ekonomi Kaltara pada triwulan IV 2017 secara yoy, ternyata sumber pertumbuhan tertinggi berasal dari lapangan usaha pertambangan dan penggalian dengan andil sebesar 1,55%, disusul lapangan usaha konstruksi dengan andil sebesar 1,01%, dan lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan dengan andil sebesar 0,96%.
Analisis faktor pembentuk pertumbuhan di 2017 sendiri, kata Irianto, terdiri dari penguatan ekonomi global yang berimplikasi terhadap meningkatnya intensitas perdagangan dunia.
Di sektor daerah, keadaan tersebut digambarkan melalui peningkatan beberapa output produk industri di Kaltara. Sebagai provinsi yang memiliki cadangan energi batu bara, perbaikan harga dunia komoditas tersebut, terbukti menjadi salah satu motor penggerak utama di atas sumbangsih pertanian dan kehutanan.
Di sisi lain, juga ditampikan faktor tahunan dalam bentuk momen libur hari raya dan sekolah yang membantu menggerakkan kinerja transportasi dan komunikasi. ”Adanya pejabat penting negara dari mulai Menteri, Kapolri hingga Presiden yang datang ke Kaltara, juga memiliki pengaruh dalam menempatkan pertumbuhan ekonomi lebih baik dari tahun sebelumnya,” kata Irianto.
Gubernur pun mengaku cukup puas, karena dapat mencapai target yang ditetapkan dalam Rencana Kerja Perangkat Daerah (RKPD) Tahun 2017.
Menurutnya, capaian tersebut juga memperkuat optimisme pertumbuhan pada 2018. Gubernur juga mengingatkan bahwa pada 2018 diagendakan arah pembangunan infrastruktur yang berfungsi dalam mendukung sektor perekonomian.
”Secara resmi berarti pertumbuhan ekonomi kita terbukti bisa bertahan hingga triwulan akhir kemarin. Tentu hal ini membuat seluruh pelaku ekonomi bisa lebih optimistis di 2018. Apalagi pembangunan infrastruktur memang sangat diprioritaskan. Jadi, seluruh kegiatan ekonomi kita bisa berputar lebih cepat lagi,” tutupnya. (X10-25)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved