Headline
Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.
Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.
Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.
ANDA tentu ingat tragedi pencemaran bahan kimia, merkuri (Hg) yang terjadi di Kota Minamata, Prefektur Kumamoto di Jepang pada 1958. Saat itu, PT Chisso membuang limbah kimianya di Teluk Minamata dalam jumlah besar. Ikan-ikan tercemar merkuri dan banyak warga terkena penyakit cacat fisik, penyakit aneh hingga kini. Bahkan ratusan warga meninggal akibat kelumpuhan syaraf setelah mengonsumsi ikan yang mengandung merkuri.
Peneliti dari Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon, Prof Abraham Samuel Khouw menyebutkan tragedi Minamata tersebut berpotensi terjadi di Pulau Buru, sebagai dampak penggunaan merkuri dalam jumlah besar untuk pengolahan emas ilegal di kawasan Gunung Botak. Bahkan, menurut Dekan Fakultas Perikanan Unpatti Ambon ini, merkuri dari pengolahan emas ilegal tersebut lebih berbahaya daripada kasus Minamata.
"Tanda-tanda ke arah itu sudah ada di depan mata kita saat ini," ujarnya. Abraham tidak mengada-ada. Sebab, pada Jumat (9/3) ditemukan tiga ekor kerbau mati mendadak dalam posisi saling berdekatan setelah minum limbah merkuri di lokaksi pengolahan emas ilegal sistem rendaman Jalur A Dusun Wamsait, Kecamatan Wailata, Kabupaten Buru, tak jauh dari kawasan Gunung Botak.
Setelah itu, Minggu (11/3) kembali ditemukan seekor kerbau mati di Teluk Kayeli. Kerbau tersebut diduga mati setelah minum air atau mengkonsumsi tumbuh-tumbuhan yang tercemar merkuri. Limbah merkuri hasil pengolahan emas ilegal kawasan Gunung Botak mengalir ke Teluk Kayeli.
Lebih dari itu, menurut Abraham, kasus Minamata belum terlalu parah dibanding kasus merkuri di Gunung Botak. "Minamata itu kan laut tercemar, lalu dia (manusia) makan ikan dari situ. Tapi, di Gunung Botak ini sudah nyata-nyata, kita belum sampai makan ikannya saja sudah ada binatang yang mati."
Dia pun memperlihatkan gambar satelit perairan Teluk Kayeli Pulau Buru yang kini berwarna seperti cermin. Itu karena ada merkuri di permukaan airnya. Otomatis bila merkuri sudah sampai di perairan, maka akan berubah menjadi racun yang sangat berbahaya.
Sebagai seorang ilmuwan, Abraham mengakui, sudah sering mengingatkan kepada Pemprov Maluku dan aparat keamanan terkait ancaman merkuri di Pulau Buru akibat aktivitas penambangan ilegal itu.
Menurut Guru Besar Unpatti ini, bila saat ini ditemukan lagi hewan-hewan mati di wilayah Kabupaten Buru mengindikasikan air atau tumbuh-tumbuhan sudah tercemari merkuri. Yang jadi persoalan juga saat ini tidak ada teknologi yang mampu menetralisir wilayah tercemar sehingga bebas merkuri. "Karena itu pemerintah harus menyikapi masalah tersebut dengan tegas."
Untuk diketahui, hingga saat ini aktivitas penambangan emas ilegal di kawasan Gunung Botak masih terus terjadi. Ada ribuan penambang beraktivitas di sana. Padahal sejak akhir 2015, Pemprov Maluku sudah menutup lokasi tambang itu atas perintah Presiden Joko Widodo.
Pada akhir 2016, Pemprov Maluku kembali menutup lokasi tambang itu, namun aktivitas penambang terus terjadi hingga kini. Penambangan emas ilegal dilakukan dengan berbagai cara termasuk sistem rendaman, mengolah emas di dalam kolam menggunakan bahan kimia merkuri dan siandia serta sistem tong. Tragisnya, limbah merkuri dan sianida dibuang begitu saja sehingga berbahaya bagi lingkungan.
(N-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved