Headline
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
JALUR pantura Semarang-Pemalang masih beroperasi seperti biasanya pada akhir pekan lalu. Kepadatan lalu lintas yang didominasi kendaraan bertonase besar meninggalkan kepulan asap hitam. Lubang menganga di beberapa titik akibat curah hujan tinggi dan genangan air masih bisa dijumpai.
Pemandangan seperti itu mungkin tidak lama lagi sirna dengan kelarnya pembangunan ruas tol Pemalang-Semarang sepanjang 114,2 kilometer yang ditargetkan akhir Mei ini. Dengan begitu, tol Trans-Jawa Jakarta-Semarang sepanjang 424,5 kilometer tersambung yang akan menggantikan jalur lama pantura.
Hal itu merupakan kabar gembira, tapi sekaligus membuat gelisah bagi para pengais rezeki di sepanjang jalur pantura selama ini. Mereka khawatir usahanya seperti rumah makan, warung, bengkel, hingga kerajinan khas akan bangkrut.
Tak mengherankan pelaku usaha di Semarang, Kendal, Batang, Pekalongan, dan Pemalang resah. Keresahan mereka muncul dari pengalaman beroperasinya Tol Cikampek-Brebes Timur yang menyebabkan jalur pantura lama lengang dan banyak pemilik usaha mikro, kecil, menengah (UMKM) gulung tikar. Itu terjadi karena transaksi ekonomi dari pelintas merosot hingga 50%.
"Dengan beroperasinya ruas Tol Pemalang-Semarang saat arus mudik Lebaran mendatang Tol Trans Jawa Jakarta-Semarang-Salatiga sudah dapat dilintasi pemudik," kata Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU-Pera) Basuki Hadimuljono saat meninjau pembangunan Tol Pemalang-Semarang, akhir pekan lalu.
Setelah mendengar kabar itu, para pelaku usaha mengaku resah. "Kalau sebagian kendaraan melintas di tol, kami pastikan usaha di sini akan gulung tikar karena andalan hidup kami dari pelintas di pantura," kata Suwarti, 49, pemilik warung makan di Plelen, Batang.
Hal senada diungkapkan Hiba, 38, pedagang batik di Pasar Grosir Sentono, Kota Pekalongan. "Saat mau Lebaran, biasanya omzet kami Rp1,5 juta-Rp4 juta per hari. Tapi bila pelintas beralih ke tol kami perkirakan omzet merosot hingga 50%," katanya.
Dalam menanggapi kegelisahan para pelaku usaha di pantura akibat beroperasi Tol Pemalang-Semarang pada Mei 2018 mendatang, Bupati Pekalongan Asip Kholbihi meminta Kementerian PU-Pera membangun rest area tipe A di tol wilayah Pekalongan untuk menampung pelaku UMKM di daerahnya yang mencapai 52 ribu jiwa.
Adanya rest area, demikian Asip, akan banyak memberikan kesempatan kepada pelaku UMKM di jalur pantura tetap hidup. Permintaan rest area ini, imbuh Asip, diungkapkan karena kenyataan dan dampak yang bakal ditimbulkan, seperti saat arus mudik Lebaran tahun lalu ketika ruas tol menjadi jalur fungsional terjadi penurunan omzet para pelaku usaha di pantura hingga 70%.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved