Headline
Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.
Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.
MASALAH gangguan pertumbuhan anak balita (stunting) di Indonesia masih belum tuntas. Di sejumlah daerah masih ditemukan kasus-kasus stunting yang terus bermunculan. Seperti di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, terdapat 10 desa yang kini mendapat perhatian ekstra dalam penanganan stunting, baik oleh Pemkab Cianjur, Pemprov Jawa Barat, maupun pemerintah pusat.
"Kabupaten Cianjur dikategorikan cukup tinggi jumlah penderita stunting. Pemerintah pusat mengintervensi penanganannya. Dari 1.000 desa di 100 kabupaten yang diintervensi pemerintah pusat, 10 desa di antaranya ada di Kabupaten Cianjur," kata Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur, Teni Hernawati, kemarin.
Saat ini jumlah anak balita yang terindikasi menderita stunting sekitar 76 anak atau 35,7% dari 210.750 anak balita. Data tersebut berdasarkan hasil pemeriksaan berat, tinggi, dan kondisi bayi saat imunisasi serta program lain. "Stunting ibarat gunung es. Jumlah penderita stunting bisa saja lebih karena masih banyak orangtua yang tidak menimbangkan berat badan dan mengukur tinggi badan anak secara rutin di posyandu atau puskesmas," lanjut Teni.
Selain di Cianjur, kasus stunting juga ditemukan di Provinsi Bangka Belitung. Hasil pemantauan status gizi Dinas Kesehatan Provinsi Bangka Belitung (Babel), dari 122.807 anak balita, sekitar 27,3% atau 4.565 anak menderita stunting akibat kekurangan gizi.
Kasi Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Babel, Itsnataini, mengatakan stunting muncul karena semasa ibu hamil hingga anak berusia lima tahun, anak tidak diberi asupan gizi baik. "Pertumbuhan anak terhambat. Hasil pemantauan di Babel kurang lebih 4.565 anak bertubuh pendek. Bahkan ada yang sangat pendek," jelas Itsnataini.
Ribuan anak yang mengalami stunting tersebut tersebar di enam kabupaten dan satu kota, dengan rincian Bangka Barat 694 anak, Bangka 1.045 anak, Belitung 486 anak, Bangka Tengah 534 anak, Bangka Selatan 597 anak, Belitung Timur 427 anak, dan Pangkalpinang 784 anak.
Sama halnya di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kasus stunting untuk Sleman mencapai 11,9%. Di Kota Malang, Jawa Timur, angka stunting selama 2017 mencapai 7,3% atau 4.007 orang. "Kami sudah menelusuri kasus itu, memberikan penanganan, dan pendampingan melibatkan kader posyandu, puskesmas, dan ahli gizi Universitas Brawijaya," kata Kepala Dinas Kesehatan Pemkot Malang, Asih Tri Rachmi Nuswantari.
Menurutnya, kasus itu merupakan fenomena yang harus diatasi. Kasus stunting terbanyak ada di Kelurahan Purwantoro, Kecamatan Blimbing. "Padahal, kelurahan itu cukup dengan puskesmas dan rumah sakit," ujarnya.
Cukup tinggi
Kasus stunting pada anak balita di Indonesia, seperti diungkapkan Menteri Kesehatan Nina F Moeloek pada Rakernas Kependudukan di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, mencapai 30%. Angka itu cukup tinggi setelah tuberkulosis.
Menurutnya, persoalan stunting dipengaruhi banyak faktor, antara lain buruknya sanitasi, imunisasi, air bersih, rumah tidak sehat, lingkungan, dan perilaku tidak sehat. "Saat ini tercatat dari 100 balita yang ada, 30 di antaranya atau 30% terkena stunting," kata Menkes, Sabtu (10/3).
Diasumsikan, jika satu keluarga memiliki tiga anak, satu anak terkena stunting. Penyakit stunting berdampak luar biasa. "Selain kecerdasan, pertumbuhan tubuh menjadi kerdil dan mengganggu kesehatan," jelasnya.
Sementara itu, angka penderita penyakit TBC di Indonesia menempati posisi dua terbesar di dunia setelah India. "Kondisi ini harus diperbaiki bersama-sama, perlu sinergi pembangunan infrastruktur fisik yang dipararelkan dengan infrastruktur sosial," harapnya.
(BN/AD/AU/RF/DY/N-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved