Headline
Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.
Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.
BADAN Usaha Milik Nagari (Bumnag) Mandeh Tarusan Jaya (MTJ) melirik usaha wisata. Saat ini Bumnag MTJ mengelola wahana laut bantuan dari Kementerian Desa (Kemendes) untuk mendorong pengembangan kawasan destinasi wisata Mandeh di Kecamatan Koto XI Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatra Barat.
Bantuan Kemendes itu bernilai Rp960 juta yang diwujudkan dengan 2 banana boat, 2 donat boat, 1 bent wagon, 1 rumah balon, dan 1 mobil dan diterima Bumnag MTJ pertengahan 2017.
Bantuan fasilitas tersebut ternyata mampu meningkatkan minat pengunjung untuk berwisata ke kawasan Mandeh. Direktur Bumnag MTJ, Jon Kenedi, mengatakan selama ini para pengunjung hanya bisa menikmati keindahan alam.
"Dengan bantuan Kemendes, para wisatawan bisa bermain bersama keluarga di laut. Bila wisatawan ingin bermalam di kawasan ini, Bumnag juga menyediakan penginapan dengan harga terjangkau," terang Jon, kemarin.
Bahkan, untuk memanjakan pengunjung, Bumnag MTJ juga telah menyediakan berbagai bentuk layanan, baik itu jasa transportasi darat maupun laut.
"Kita juga melayani antar jemput pengunjung dari dan ke mana saja. Kita punya mobil, kapal boat, serta penginapan yang nyaman dan murah" tambahnya.
Sejak beroperasinya wahana laut dua bulan lalu yang dipusatkan di Nagari Sungai Nyalo, pemasukan yang diterima dari kawasan wisata Mandeh ini mencapai Rp20 juta.
Jon memprediksi pemasukan dari sumber pariwisata akan terus meningkat tiap bulan. "Kami akan terus tingkatkan pelayanan agar para pengunjung terpuaskan," janjinya.
Ekonomi pariwisata
Tidak sedikit desa yang mulai menggeliat dan menggerakkan roda ekonomi dari sektor pariwisata. Seperti di Desa Gili Indah, Lombok, Nusa Tenggara Barat, yang memiliki kawasan wisata Gili Trawangan, dusun Gili Air, dan Gili Meno yang sudah sangat populer.
Menurut Taufik, meski kawasannya ramai didatangi wisatawan, pihak desa tidak memungut retribusi apa pun dari pengusaha yang membuka bisnis di wilayah itu.
Penghasilan desanya hanya didapat dari bagi hasil pajak daerah sebesar 10% atau rata-rata Rp3,9 miliar per tahun. Ditambah dana desa dari pemerintah pusat sebesar Rp879 juta. Jumlah dana desa yang diterima Desa Gili Indah ini merupakan yang terkecil jika dibandingkan dengan desa-desa lain di wilayah Nusa Tenggara Barat.
"Namun, geliat ekonomi di desa kami amat bagus karena sektor wisata. Perputaran uang di Gili Indah rata-rata bisa mencapai lebih dari Rp10 miliar per hari," jelasnya.
Desa Gili Indah, sebut Taufik, memiliki jumlah penduduk 5.100 jiwa dalam 1.113 kepala keluarga. Perkembangan ekonomi di daerahnya membuat daerah itu menjadi kaya. Lebih dari 90% warga desa tidak ada yang menganggur, apalagi merantau. Semuanya bekerja di sektor wisata.
Sigit Purwanto, Asisten 2 Sekretaris Daerah (Sekda) Temanggung yang ikut serta dalam kunjungan kerja ke Nusa Tenggara Barat beberapa waktu lalu, akan mengembangkan pariwisata pegunungan di Temanggung.
"Di Gili Indah pariwisata sudah terbentuk, sedangkan di Temanggung masih mencari bentuknya. Kita upayakan mencontoh model pengembangan wisata di sini," kata Sigit.
(TS/N-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved