Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Pariwisata Bali Harus Dipulihkan

Henri Salomo Siagian
09/12/2017 00:03
Pariwisata Bali Harus Dipulihkan
(ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)

PEMERINTAH diminta segera memulihkan ekonomi pariwisata Bali pascaerupsi Gunung Agung. "Masyarakat Bali hampir 80% bergantung pada sektor pariwisata. Pemerintah pusat harus segera bergerak bersama pemerintah daerah untuk segera memulihkan pariwisata di Bali. Kalau tidak, akan kian mengganggu perekonomian masyarakat," kata anggota Komisi X DPR Putu Supadma Rudana saat menghubungi Media Indonesia, Jumat 98/12)

Menurut dia, erupsi Gunung Agung telah menurunkan kunjungan wisatawan sekitar 2/3 atau 66% dari perkiraan kunjungan. "Apalagi saat ini peak season," tutur anggota DPR dari daerah pemilihan Bali itu. Putu Rudana yang juga pelaku usaha pariwisata di Bali mengungkapkan, bila langkah pemulihan tidak segera dilakukan, itu bisa memunculkan langkah pemutusan hubungan kerja, pengangguran, dan kebangkrutan usaha. Dia mencontohkan langkah konkret pemulihan sektor pariwisata itu antara lain dengan menyiapkan shuttle bus gratis dari satu tempat wisata ke wisata lain untuk menarik minat turis asing.

"Bencana tidak bisa dihindari, tapi harus dikelola agar pariwisata Bali bisa kembali membaik. Menyediakan shuttle bus gratis, menyediakan supporting airport yang terdekat seperti di Bandara Juanda Surabaya, atau membuka bandara khusus pariwisata pada malam hingga pagi hari meskipun cost lebih tinggi," ucap Rudana.

Hotel sepi
Pascaerupsi Gunung Agung, hunian hotel di sejumlah destinasi wisata favorit Bali mulai anjlok. Di Sanur, misalnya, rata-rata hunian kamar hotel berkisar 10%-12%. Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Denpasar, Ida Bagus Gedhe Sidharta Putra mengakui, pascaerupsi Gunung Agung, bisnis perhotelan di Bali cukup mengkhawatirkan. "Untuk bisa operasional secara penuh, minimal hunian kamar berkisar 40% hingga 45%," ujar Sidharta Putra yang juga Ketua Yayasan Pembangunan Sanur. Kondisi itu menyebabkan pelaku pariwisata seperti di Sanur mulai melakukan efisiensi dalam operasional, termasuk mengatur jadwal karyawan libur, agar tidak ada karyawan yang dirumahkan, termasuk efisiensi penggunaan air dan listrik.

"Kita sudah mulai melakukan penutupan beberapa saluran air yang kamarnya tidak terisi. Begitu juga lampu untuk efisiensi," terang Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah Kota Denpasar. Sidharta Putra khawatir sepinya hunian hotel menjelang liburan akhir tahun bisa berdampak luas. "Merembetnya ke supplier dan petani yang selama ini memasok sejumlah kebutuhan hotel. Bahkan bisa terjadi pemutusan hubungan kerja," kata Sidharta. Kondisi sama juga dialami hotel-hotel di wilayah Kuta, seperti Hotel Bintang Kuta pascaerupsi.

Okupansi sempat mencapai 13%-15%. "Kini pembatalan menginap sudah meningkat 20%, sedangkan Desember ini pembatalan menginap juga mencapai 20%. Padahal peak season," kata Sales Manager Hotel Bintang Kuta, Dwi Wasiathi. (RS/N-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya