Headline

Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.

Fokus

Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.

Baru 20% Warga Sadar Kesehatan

Eva Pardiana [email protected]
26/10/2017 02:45
Baru 20% Warga Sadar Kesehatan
(ANTARA FOTO/Darwin Fatir)

KESADARAN masyarakat Indonesia terhadap pentingnya menjaga kesehatan masih rendah. Menteri Kesehatan Nila Djuwita F Moeloek mengakui baru 20% penduduk negeri ini yang sadar kesehatan.
“Dokter harus berperan aktif meningkatkan kesadaran warga untuk menjaga kesehatan. Untuk itu, kualitas layanan primer di puskesmas harus ditingkatkan, sebagai pusat pengembangan dan pembinaan kesehatan masyarakat terpadu,” ujar Menteri, saat membuka Rapat Kerja Nasional Ikatan Dokter Indonesia, di Bandar Lampung, Lampung, Rabu (25/10).

Pemerintah Indonesia, lanjutnya, telah menetapkan tiga pilar kesehatan, yakni paradigma sehat, penguat­an layanan kesehatan, dan jaminan kesehatan nasional. “Puskesmas dan pelayanannya sangat menunjang suksesnya ketiga pilar itu.” Di Lampung, Menkes mengakui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat yang dijalankan pemerintah provinsi sudah baik. Gerakan ini efektif meningkatkan kesadaran kesehatan karena masyarakat terlibat langsung. “Pendekatan keluarga menjadi metode yang tepat untuk mengedukasi dan membentuk keluarga sehat,” katanya.

Sekretaris Daerah Provinsi Lampung Sutono mengatakan pemprov memberikan alokasi APBD cukup besar untuk kesehatan, yaitu 11,52%. Alasannya, membangun kesehatan merupakan salah satu tugas pemerintah yang utama. “Dokter berperan penting dalam menyehatkan masyarakat, khususnya memberikan pengobatan. Namun, lebih dari itu, dokter juga harus mengambil peran dalam pencegahan,” tandasnya. Ketua Umum Pengurus Besar IDI Prof Ilham Oetama Marsis memaparkan Rakernas dikuti 450 dokter dari 34 provinsi. “Fokus pertemuan ini ialah mengevaluasi kinerja dan peran IDI dalam 2 tahun kepengurusan berjalan.”

Jajanan sekolah
Di Palembang, Gubernur Sumatra Selatan Alex Noerdin mendesak Badan Pengawas Obat dan Makanan, serta Balai Besar POM Palembang untuk melakukan razia rutin jajanan yang dijual di lingkungan sekolah. Alasannya, banyak makanan dan jajan itu yang tidak sehat, bahkan mengandung zat berbahaya. “Sangat disayangkan jika kesehatan generasi penerus bangsa itu rusak karena zat berbahaya itu. Razia harus dilakukan dan itu salah satu tugas penting Badan POM,” tegas Alex.

Ia mengaku sudah lama meminta dilakukan razia secara terus-menerus. Razia tidak boleh hanya sesekali. Kalau pedagang beralasan berjualan untuk kebutuhan hidup, Alex menyatakan kesehatan pelajar jauh lebih penting karena mereka generasi penerus.
Selain permintaan kepada Badan POM, Dinas Pendidikan Sumatra Selatan telah melaksanakan langkah pengawasan terhadap makanan yang dijual di lingkungan sekolah. Mereka mewajibkan seluruh sekolah menyediakan kantin sehat yang bisa dikelola guru maupun orangtua murid.

“Kalau sudah ada kantin, ha­rap­an kita enggak ada lagi makanan yang dijual di pinggiran pagar sekolah. Badan POM ini memiliki fungsi yang sangat penting, seharusnya bisa memberikan hukuman yang berat kepada pedagang yang terkena razia, bukan hanya sebatas pembinaan saja,” terang Alex. Sekretaris Utama Badan POM, Reni Indriani berjanji akan meningkatkan pengawasan terhadap makanan yang dijual di lingkungan sekolah. “Kami juga akan memperkuatnya dengan penin­dakan.”



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya