Headline

Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.

Fokus

Sejumlah negara berhasil capai kesepakatan baru

Kado Manis dari Tanah Pasundan

Bayu Anggoro
18/8/2017 03:00
Kado Manis dari Tanah Pasundan
(ANTARA FOTO/Fahrul Jayadiputra)

ESTHER Gayatri Saleh dengan tenang menerbangkan pesawat N219 di atas udara Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu (16/8). Tanpa kendala berarti, setelah mengudara selama 20 menit, pilot senior PT DI itu kembali membawa pesawatnya mendarat mulus di Bandara Husein Sastranegara. Hari itu, PT Dirgantara Indonesia kembali mencetak sejarah. Pesawat N219 merupakan karya anak-anak bangsa yang bekerja di badan usaha milik negara tersebut. "Ini murni karya anak bangsa. Dari mulai desain dan manufacturing, semuanya oleh anak bangsa, tidak ada satu pun SDM asing," ujar Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia Budi Santoso.

Pesawat angkut dengan kapasitas 19 orang itu menggunakan dua mesin turbodrop yang mengacu pada regulasi CASR Part 23. Tenaga pesawat yang menggunakan sepasang mesin buatan Pratt and Whitney itu mampu terbang dengan kecepatan hingga 213 knot.
Pengoperasiannya tidak memerlukan landasan yang panjang sehingga sangat cocok untuk daerah pedalaman di Tanah Air. Menurut Budi, pesawat N219 diciptakan khusus untuk memenuhi kebutuhan transportasi udara di daerah-daerah terpencil seperti Papua, Kalimantan, dan Sulawesi.

Pasalnya, pengoperasian pesawat ini hanya memerlukan landasan pacu sepanjang 500 meter. "Take off dan landing membutuhkan jarak 500 meter saja. Cocok dengan airport-airport di Papua," katanya. Selain itu, pengoperasian pesawat bisa dilakukan tanpa bantuan unit pendukung darat. "Harga pesawat ini bisa murah karena didukung teknologi yang sudah banyak ditemui di pasaran. Untuk biaya operasi dan pemeliharaannya pun tergolong rendah," lanjut mantan Direktur Utama PT Pindad itu.

Serbaguna
Soal kecanggihan, N219 juga menggunakan teknologi avionik yang lebih modern. Flight management system-nya sudah menggunakan global positioning system, sistem autopilot, dan terrain awareness and warning system. Dari sisi ukuran, N219 memiliki kabin terluas di kelasnya. Pesawat ini pun serbaguna karena bisa mengangkut apa saja, dari barang, evakuasi medis, hingga penumpang dan pasukan. "Pesawat ini juga dilengkapi multihop capability fuel tank. Ini membuat pesawat tidak perlu mengisi ulang bahan bakar untuk melanjutkan penerbangan ke rute berikutnya," kata Budi.

Keunggulan lain pesawat ini bisa tetap terkendali meski terbang dengan kecepatan rendah. Ini menjadi keunggulan terutama saat digunakan di wilayah-wilayah dengan medan yang sulit seperti pegunungan dan tebing. Pesawat bisa mendarat di landasan apa saja, yang tidak beraspal bahkan berbatu sekalipun. Budi mengungkapkan terbang perdana dilakukan setelah certificate of arworthiness didapat dari Direktorat Kelaik-udaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara Kementerian Perhubungan. Setelah ini pesawat akan menjalani tahapan uji coba yang membutuhkan 300 jam terbang sebelum dimulai tahapan produksi.

Dirjen Perhubungan Udara Kemenhub Agus Santoso mengakui kehadiran N219 sangat dibutuhkan untuk meng-hubungkan daerah-daerah di Indonesia. Dengan karakteristik itu, pesawat N219 mampu memenuhi kebutuhan akan penerbangan perintis terutama di Papua. "Di Papua sekarang ada 50 bandara lebih, dan butuh pesawat ini untuk menghubungkannya. (N-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya