Headline
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menetapkan tarif impor baru untuk Indonesia
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menetapkan tarif impor baru untuk Indonesia
MALAM itu, sekitar pukul 18.00 WIB, langit sudah pekat menyelimuti Dusun Bambangan
KEGIATAN The 7th ASIAN Youth Day (AYD) yang dihadiri 942 orang muda Katolik dari 22 negara Asia Pasifik, menempatkan Yogyakarta sebagai contoh keberagaman dan kerukunan kehidupan nyata di Indonesia. Kegiatan yang akan berlangsung hingga 6 Agustus mendatang itu akan dihadiri Menteri Agama Lukman Hakim Saefuddin dan Menteri Pariwisata Arief Yahya.
Ketua Panitia sekaligus Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Mgr Ignatius Suharyo, dalam keterangan kepada wartawan, menjelaskan, pemilihan DI Yogyakarta sebagai tempat puncak acara AYD ini disebabkan tingginya toleransi di tengah keberagaman masyarakat dari seluruh Indonesia.
"Bertemakan 'Coming Together as Multicultural Asia', kami ingin mengenalkan peserta bagaimana kehidupan bangsa Indonesia di tengah keberagaman agama, suku, dan budaya yang mampu berjalan berdampingan serta saling menghormati," jelasnya di sela-sela kegiatan di di Jogja Expo Center (JEC), Rabu (2/8).
Sebagai bukti nyata, Romo Suharyo menyatakan, dalam pelaksanaan AYD di Yogyakarta dari 2-6 Agustus, pihaknya mendapatkan bantuan dari saudara-saudara beda agama untuk menyukseskan acara.
"Kami juga berencana mempertemukan para uskup besar dari 22 negara yang hadir dengan tokoh-tokoh besar agama. Ini bertujuan mempromosikan bahwa keberagaman Indonesia adalah kekayaan besar yang bisa menjadi panutan," pungkasnya.
Datang ke Indonesia sejak 30 Juli 2017 lalu, para peserta AYD ditempatkan di rumah singgah dari umat beragama lain di 11 Keuskupan di Indonesia. Mereka diberi kesempatan untuk menyaksikan pluralisme budaya Indonesia secara langsung.
"Ini merupakan kehormatan bagi kami terpilih sebagai tuan rumah AYD ke-7. Dalam empat hari puncak acara, kami juga akan memperkenalkan beragam kesenian khas Indonesia," jelas Uskup Agung Semarang, Robertus Rubiyatmoko.
AYD sendiri merupakan kegiatan yang menghadirkan para pemuda beragama Katolik dari seluruh Asia dan bertujuan menghidupi iman.
Sementara itu, Ketua Komite Awam dan Keluarga Federasi Konferensi-konfrensi Waligereja Asia (FABC), Kardinal Patrick da Rozario, setelah melihat sendiri kerukunan dan keberagaman di Indonesia secara langsung, dia tidak percaya lagi dengan apa yang telah diberitakan.
"Saya melihat Jakarta dan Daerah Istimewa Yogyakarta dengan keberagaman yang begitu besar, ternyata mampu menjaga kerukunan sehingga potensi konflik mampu dicegah. Ini menjadi contoh yang baik untuk dunia," jelas Patrick.
Terlebih lagi, saat dia bertemu dengan perwakilan dari Gerakan Muda Sabang-Merauke yang menginisiasi gerakan siswa sekolah menengah menginap dan hidup bersama dengan keluarga yang berbeda agama di seluruh Indonesia.
"Apa yang dilakukan para pemuda ini merupakan tindakan nyatak keimanan yang diajarkan agama Katolik sesungguhnya. Saling mencintai," katanya.
Ia menganggap peran orang muda sangat penting bagi kehidupan dalam masyarakat yang plural.
"Orang muda dapat menjadi saksi suka cita Injil," katanya. (OL-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved