Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

Setelah Banjir, Tambang Disetop

Rendy Ferdiansyah
01/8/2017 09:06
Setelah Banjir, Tambang Disetop
(Banjir yang melanda empat kecamatan di Pulau Belitung pertengahan bulan Juli 2017 lalu---MI/Rendy Ferdiansyah)

DAMPAK banjir besar yang melanda empat kecamatan di Pulau Belitung, pertengahan Juli, sampai kemarin (Senin, 31/7) belum hilang dari ingatan warga. Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman Djohan pun mengaku sangat terpukul karena hal itu.

"Pascabanjir, kami melakukan rekonsiliasi. Saya sudah putuskan dan mengeluarkan mengeluarkan surat penghentian sementara semua kegiatan pertambangan di Kabupaten Belitung dan Belitung Timur," ungkap Erzaldi di Pangkal-pinang, kemarin.

Ia berjanji akan melakukan restorasi untuk semua kegiatan penambangan. Salah satu alasannya, penyebab banjir antara lain kerusakan lingkungan yang diakibatkan penambangan.

Aktivitas itu menjadi salah satu faktor pemicu, lanjut dia, karena banyak yang beroperasi tanpa dilengkapi analisis mengenai dampak lingkungan (amdal). "Tak semua memang, tapi ada banyak tambang yang berkegiatan tanpa amdal. Kami tidak mau itu terjadi lagi."

Erzaldi menambahkan pemberhentian sementara semua kegiatan penambangan berlaku selama dua minggu, dimulai 28 Juli lalu. Ia sudah meminta kepala dinas pertambangan untuk melakukan pengawasan. Larangan itu berlaku untuk semua jenis penambangan, termasuk tambang pasir.

Terhadap para pengusaha tambang, Gubernur sudah mengundang mereka untuk datang dan membicarakan masalah reklamasi dan rehabilitasi lahan bekas tambang.

Banjir di Kabupaten Belitung dan Belitung Timur menyebabkan sejumlah wilayah lumpuh dan infrastruktur rusak. Kerugian di wilayah itu diperhitungkan mencapai Rp500 miliar.

Karst Gunungkidul
Ancaman kerusakan lingkungan juga dilaporkan dari wilayah Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kawasan karst di daerah itu, yang masuk kawasan bentang alam karst Gunung Sewu, terganggu dengan adanya pemaprasan bukit yang dilakukan investor yang sedang membangun resor dan vila.

"Perusakan bukit karst sudah terjadi. Pelakunya, pengembang yang akan membangun hotel, vila, dan restoran di Pantai Seruni, Tepus," kata Direktur Wahana Lingkungan Hidup Yogyakarta, Halik.

Walhi bersama sejumlah LSM lain bergabung dalam Koalisi Masyarakat Peduli Pegunungan Sewu. Mereka menentang perusakan itu.

Walhi, lanjut Halik, juga menemukan fakta bahwa pengembang tidak memiliki izin mendirikan bangunan. "Tapi mereka sudah nekat dengan memapras bukit."

Pemaprasan bukit bisa menghilangkan ciri khas pegunungan karst dan mengganggu sumber mata air yang ada di bawahnya. Walhi menemukan ada sumber mata air di bawah bukit yang dipapras. "Pembangunan ini wajib dihentikan," tandas Halik.

Di sisi lain, PT Semen Baturaja berkomitmen mengembangkan industri semen yang berwawasan lingkungan. Industri semen diyakini dapat sejalan dengan kelestarian lingkungan. "Kita mengembangkan industri semen berwawasan lingkungan yang berkesinambungan," kata Dirut PT Semen Baturaja, Rahmad Probadi, di Universitas Gadjah Mada.

Pabrik Semen Baturaja berada di Baturaja, Sumatra Selatan. Perusahaan merangkul Fakultas Kehutanan UGM untuk mempercepat pertumbuhan vegetasi di lingkungan pabrik.(FU/AT/N-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya