Headline
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.
MEMASUKI musim kemarau, daerah mulai mengantisipasinya agar tidak terjadi paceklik. Seperti di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, sejumlah petani di Desa Suntenjaya dan Cibodas, Kecamatan Lembang, menggunakan kincir angin untuk menyiram lahan perkebunan sayuran.
Nana Sutisna, 47, pekerja perkebunan sayur di Kampung Patrol, Desa Suntenjaya, mengungkapkan majikannya membeli peralatan kincir angin agar memudahkan menyirami tanaman sayuran.
"Baru minggu ini menggunakan kincir angin. Soalnya sudah jarang turun hujan. Satu alat kincir angin dibeli dengan harga Rp50 ribu. Di sini saya pasang 15 tiang kincir angin untuk menyirami sekitar 1,5 hektare kebun sayuran," kata Nana, kemarin (Minggu, 16/7).
Dia mengatakan, penggunaan kincir air saat musim kemarau sudah dilakukannya selama lima tahun terakhir. Bagi petani bermodal besar, cara ini tak begitu masalah, tapi bagi petani kecil, mereka terpaksa menunda penanaman sampai persediaan air kembali ada.
Di Tasikmalaya, para petani punya cara sendiri menghadapi musim kemarau. Para petani di wilayah Priangan Timur meliputi Tasikmalaya, Ciamis, Garut, Banjar, dan Pangandaran memilih menanam palawija, seperti jagung, singkong, ubi-ubian, dan kacang tanah karena minimnya air.
Selain itu, mereka memilih menyimpan gabah kering di gudang menunggu sampai harga tinggi. Ketua Gapoktan Kota Tasikmalaya, Yuyun Suyud, mengatakan petani sengaja menyimpan gabah karena tidak mau menjualnya dengan harga patokan pemerintah. "Mereka menjualnya dengan harga Rp5.200 per kg untuk gabah kering dan Rp4.500 untuk gabah basah," kata Yuyun.
Dari Jawa Timur, puluhan desa di Kabupaten Pasuruan setiap tahun mengalami krisis air bersih. Untuk menanggulanginya, selain mendistribusikan air bersih ke desa-desa, Pemkab Pasuruan berupaya menanggulangi kekeringan secara permanen melalui pengeboran, pemipaan, hingga pembuatan embung.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pasuruan, Bakti Jati Permana, mengatakan dari hasil koordinasi dengan para camat, semua desa di Kabupaten Pasuruan masih aman dan tercukupi air bersih.
"Meski demikian, kami terus berupaya mengatasi ketersediaan air bersih secara permanen dengan pengeboran, pipanisasi hingga pembangunan embung," kata Bakti.
Bantuan air bersih
Pada bagian lain, warga Desa Kutabawa, Kecamatan Karangreja, Purbalingga, Jawa Tengah, meminta pemkab setempat mempercepat proyek pembangunan infrastruktur air bersih.
Kepala Desa Kutawaba, Edi Suroso, mengatakan warganya, terutama di Dusun Bambangan, meminta pembangunan infrastruktur air bersih segera dikerjakan supaya pada puncak kemarau Agustus nanti, air bersih sudah tersedia. "Selama musim kemarau, warga setempat selalu kesulitan air," ujarnya.
Namun, Kepala Dinas Perumahan dan Permukiman Purbalingga, Zaenal Abidin, mengatakan proyek tersebut masih dalam tahap lelang dan belum bisa diwujudkan sekarang.
Sementara itu, sejumlah kecamatan di Kabupaten Sukabumi, Kulon Progo, dan Klaten selalu langganan kekeringan. Di Klaten, BPBD setempat menyiapkan tujuh truk tangki air bersih untuk membantu daerah yang kekeringan. Demikian juga BPBD Kulon Progo telah menyiapkan tangki air bersih untuk membantu 12.721 jiwa yang membutuhkan air.(AB/AD/LD/JS/BB/AU/N-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved