Headline
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.
SIANG terasa menyengat, debu di jalan menuju areal proyek Pabrik Semen Rembang bertaburan ketika terlindas roda kendaraan. Namun itu tidak berlangsung lama karena sebuah drant segera menyemburkan air membasahi jalan yang berdebu dan suasana kembali normal. Angin yang bertiup dari celah pepohonan jati di tepi jalan menambah udara kembali sejuk.
Dua petugas keamanan pabrik Semen Rembang terlihat tegak berdiri dan menyambut ramah orang yang lalu lalang keluar masuk pabrik. Setelah menanyakan tujuan dan memeriksa identitas setiap tamu, mereka dengan tetap menyunggingkan senyum mempersilakan melanjutkan masuk ke dalam untuk berbagai tujuan di pabrik tersebut.
Dua petugas keamanan itu bernama Supriyanto, 28, warga Desa Kajar, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang dan Moch Deni Saputra,25, warga Desa Kadiworo, Kecamatan Bulu, Kabupaten Rembang.
Bagi kedua lulusan SMK tersebut, berdirinya pabrik Semen Rembang merupan berkah yang tidak terhingga karena mereka dapat diterima sebagai tenaga pengamanan setelah lolos beberapa tahap seleksi. Tidak hanya mendapat pekerjaan yang tidak jauh dari tempat tinggal, mereka juga dapat menatap masa depan lebih cerah dan mampu membahagiakan orang tua yang sebelumnya hidup pas-pasaan secara ekonomi.
“Sebelumnya saya bekerja di bengkel di luar Rembang dengan pendapatan pas-pasanm sehingga takut untuk melamar pacar saya karena belum mempunyai penghasilan memadai,” kata Supriyanto.
Kini, setelah ia bekerja sebagai tenaga keamanan di pabrik berkapaaitas 3 juta ton per tahun tersebut selama tiga tahun, ia bisa menabung dan membeli kendaraan serta berniat segera mempersunting pujaan hatinya.
Hal senada juga diungkapkan Dani Saputra, setelah lulus dari sebuah SMK di Blora, kerja serabutan dari mulai buruh kasar hingga sebagai sales ia jalani. Namun selain jauh dari orang tua, penghasilan yang diperolehnya pas-pasan hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri.
"Saat itu masih sering meminta tambahan ke orang tua karena penghasilan yang tidak mencukupi,” imbuhnya.
Berdirinya pabrik semen di Rembang ini, lanjut Moch Dani Saputra, seperti mimpi karena sebelumnya tidak punya harapan dapat bekerja di pabrik semen mengingat pendidikan hanyalah setingkat SLTA.
"Dengan keterbatasan ijazah saya tiga tahun lalu memberanikan diri mendaftar sebagai karyawan, setelah seleksi ternyata diterima sebagai tenaga pengamanan,” kenang Dani.
Setelah bekerja di pabrik Semen Rembang, seperti juga ribuan rekan-rekan tenaga kerja yang berasal dari desa sekitar pabrik, setiap hari ia dapat pulang ke rumah. Namun yang paling menggembirakan adalah penghasilan yang memadai sehingga dapat menatap masa depan.
"Sekarang ini saya dapat menatap masaa depan, rencana segera menikah karena sudah mempunyai tabungan dan penghasilan cukup bahkan pacar dan calon mertua juga bangga," imbuhnya. (X-12)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved