Headline
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.
AEGIS Adriphati Danyaksa, siswa kelas 9, hanya bisa berbaring di atas kasur. Kepalanya yang plontos mulai ditumbuhi rambut.
Tangan kirinya memegang alas papan ujian dan jari-jari tangan kanannya memegang pensil.
Siswa SMP Negeri 13 Palembang itu harus mengikuti ujian berbasis kertas dan pensil pada 2-8 Mei lalu.
Siswa kelahiran Bogor, 18 Februari 2002, itu tidak bisa mengerjakan soal-soal ujian nasional di sekolah, lantaran sakit kanker tulang sejak Juli 2016.
Aegis baru mengetahui terkena kanker tulang setelah paha bagian kanan bengkak dan nyeri.
Aegis pun harus menjalani perawatan baik di rumah sakit maupun di rumah. Ia terpaksa izin tidak masuk sekolah untuk berobat dan menjalani kemoterapi.
"Sudah tidak terhitung absen sekolah," kata Aegis saat ditemui Media Indonesia seusai menjalani ujian nasional (UN) tertulis, Senin (8/5).
Dalam perjalanan pengobatan, kondisinya tidak membaik.
Kakinya sudah tidak sanggup menopang bobot tubuhnya.
Dokter harus mengoperasi kakinya.
Tulang paha hingga tulang kering bagian kanan diganti dengan stainless (pen) karena sudah dipenuhi tumor.
Pascaoperasi, anak kedua pasangan Elma Laura dan Emil Budiman itu tidak pernah masuk sekolah.
"Meski saya tidak masuk sekolah, saya tidak mau berhenti sekolah. Sekolah bisa membuat saya pintar dan menjadi orang berguna. Karenanya saya meminta agar sekolah mengizinkan saya belajar di rumah. Seluruh pekerjaan rumah dan tugas sekolah selama ini dikerjakan di rumah. Alhamdulillah sekolah mendukung," terang Aegis.
Termasuk saat melaksanakan UN, Aegis meminta sekolah memberikan dispensasi untuk mengerjakan soal-soal UN di rumah dengan didampingi pengawas ujian.
Di tengah perjuangannya menyembuhkan kanker, Aegis rajin mengakses soal-soal latihan UN lewat internet.
Teman-temannya pun dengan sukarela membagikan soal-soal yang diperoleh di sekolah, dikirim lewat e-mail agar bisa dipelajari Aegis.
"Saya ingin jadi pilot. Saya ingin jadi orang sukses. Saya ingin membahagiakan nenek dan kakak saya. Saya ingin tetap hidup untuk mereka," tutur dia.
Alasannya ialah neneknya mengasuh dia dan kakaknya sejak SD, sedangkan orangtuanya bekerja di Bogor dan Jakarta. Nurillah, 75, nenek Aegis, mengungkapkan cucunya selalu langganan juara di sekolah.
"Cucu saya langganan juara satu," ujarnya bangga.
Langkah Duta Cinta Lingkungan untuk Sekolah Adiwiyata itu mendapat dukungan Kepala SMP Negeri 13 Palembang Prima Iswarti dan Wakil Wali Kota Palembang Fitrianti Agustinda yang sempat menjenguk Ageis dan memberikan dukungan agar lulus UN.
"Teman-teman sekelas Aegis sangat loyal. Mereka selalu mengunjungi Aegis untuk berbagi ilmu. Aegis orangnya supel dan berprestasi di kelas. Sejak dia tidak bisa ke sekolah, guru-guru biasa datang ke rumah untuk memberikan pelajaran dan soal-soal," ujar Prima. (Dwi Apriani/N-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved