Headline
Pemerintah tegaskan KPK pakai aturan sendiri.
PERMAINAN tradisional Bola Seuneu (Bola Api) atau Boles asal Kota Sukabumi, Jawa Barat, akan mewakili Indonesia di festival permainan tradisional TASIFA World Games 2018 di Portugal. Boles akan ditampilkan para santri di Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath, Kota Sukabumi, bersama dengan ikon Sukabumi lainnya, yakni seni Ngagotong Lisung (Menggotong Lesung).
Pimpinan Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath, KH Fajar Laksana, menerangkan penampilan di Portugal tak lepas dari prestasi para santri yang menyabet juara ke-2 tingkat nasional dalam ajang TAFISA World Games di Jakarta pada 2016 lalu.
“Karena ini menjadi ajang festival dua tahunan, sebagai penghargaan, kita akan diikutsertakan pada ajang TAFISA World Games 2018 di Portugal,” terang Fajar kepada Media Indonesia, beberapa waktu lalu.
Sebelumnya, seni Ngagotong Lisung dan Boles juga didaulat menjadi penampil terbaik pada Kemilau Nusantara Jabar 2013, penampil terbaik pada acara Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi) di Riau, Jawa Tengah, dan Ambon, serta penampil terbaik pada ajang World Rafting Championship.
“Alhamdulillah, kita bisa ikut mengangkat dan mengharumkan Kota Sukabumi di tingkat dunia. Kota Sukabumi pun akan makin terkenal di mancanegara sebagai daerah yang memiliki dan mengembangkan seni tradisional lokal,” ujar Fajar.
Kemampuan bermain Boles dan Ngagotong Lisung, sebut Fajar, tak bisa dilepaskan dari seni bela diri pencak silat. Sejak dulu pencak silat identik dengan santri dan pesantren. “Sekarang kita terus upayakan agar silat bisa lebih muncul dan lahir kembali ke pesantren,” ujar Fajar.
Silat, kata Fajar, memiliki beragam makna. Silat bisa diartikan santri yang selalu salat, bisa juga diartikan santri yang mengedepankan silaturahim.
Ditetapkannya silat sebagai seni bela diri dan olahraga di setiap pesantren di Jabar tak pelak menjadi penyemangat bagi para santri agar tak kehilangan jadi diri. Direbutnya kemerdekaan dari tangan penjajah tak terlepas dari para kemampuan para ulama dan kiai dengan kemampuan mereka bersilat karena minimnya persenjataan.
Meski terdengar asing di telinga, Boles yang kini dikenalkan lagi oleh para santri di Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath sebenarnya sudah populer dimainkan sejak zaman Kerajaan Pajajaran Prabu Siliwangi.
Boles menampilkan dua tim yang bermain bola lempar yang terbuat dari batok kelapa berapi. Tim terbanyak yang memasukkan bola tersebut menjadi pemenang.
Sebelum dimulai, setiap pemain dianjurkan membasahi tangan dan lengannya dengan cairan khusus dari daun sirih, bawang putih, jeruk nipis, dan air khusus dari pesantren Al-Fath yang diberi nama air akal. (Benny Bastiandy/N-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved