PENGGUNA kereta rel listrik (KRL) commuter line mulai mengeluhkan penghapusan kebijakan free out/in di seluruh stasiun yang telah diberlakukan pada 16 Desember lalu. Mereka menilai kebijakan tersebut memberatkan, apalagi tidak semua stasiun memiliki fasilitas lengkap.
Dengan diberlakukannya kebijakan itu, setiap penumpang yang telah berada di peron dan ingin keluar sejenak akan dikenai biaya lantaran mereka harus kembali menempelkan tiket di pintu masuk.
Padahal, sebelumnya, penumpang bebas keluar dari peron dan masuk lagi pada 1 jam pertama. Mereka cukup minta izin kepada petugas jaga pintu. Kebijakan tersebut tidak ada pengecualian bagi penumpang yang harus keluar peron, misalnya, karena mau salat.
Ketika akan masuk kembali ke peron, pengguna yang menggunakan tiket multitrip langsung terpotong Rp2.000 dari saldo yang ada.
Pengguna tiket harian berjaminan (THB) tak kalah merugi. Tiketnya langsung dinyatakan hangus atau tak berlaku lagi jika melakukan hal yang sama. Pengguna terpaksa membeli tiket lagi jika tetap ingin naik KRL.
Riah, 50, warga Depok Baru, ialah salah seorang pengguna commuter line yang mengeluhkan kebijakan tersebut. Ia berharap PT Kereta Api Indonesia Commuter Jabodetabek (KCJ) mengkaji kembali kebijakan itu. Alasannya, masih ada sejumlah stasiun yang tidak memiliki fasilitas lengkap sehingga penumpang terpaksa keluar dari peron barang sejenak.
"Faktanya memang ada stasiun belum menyediakan fasilitas lengkap," katanya ketika ditemui akhir pekan lalu.
Perempuan itu mengatakan, kereta commuter line ialah moda transportasi massal andalannya untuk bepergian di wilayah Jabodetabek. Selain nyaman, KRL melaju lebih cepat jika dibandingkan dengan angkutan umum lainnya.
Namun, sayang, di beberapa stasiun, fasilitas penunjang belum tersedia, antara lain musala.
Sehari-hari, Riah berangkat dari Stasiun Depok Baru menuju Stasiun Tanah Abang sekitar pukul 11.30 WIB untuk berbelanja. Namun, lantaran kedatangan kereta terkadang tidak tepat waktu, ia biasanya melaksanakan salat zuhur terlebih dulu. Untuk melaksanakan ibadahnya, ia harus keluar area stasiun guna mendapatkan musala. Lokasi terdekat berada sekitar 50 meter dari stasiun.
"Karena di Stasiun Depok Baru belum ada musala. Penumpang harus keluar stasiun dulu," tuturnya.
Ketika kebijakan penghapusan free out/in belum diberlakukan pun, sambung Riah, keluar-masuk stasiun bukan perkara mudah. Ia harus bernegosiasi dulu dengan petugas jaga sebelum dibolehkan keluar. Penyempurnaan e-ticketing Manajer Komunikasi PT KCJ Eva Chairunisa mengatakan penghapusan free out/in ialah bagian dari penyempurnaan sistem e-ticketing.
Pasalnya, kebijakan sebelumnya kerap dimanfaatkan penumpang yang tak bertanggung jawab untuk menaiki kereta tanpa membayar.
Meski demikian, Eva menjamin penghapusan kebijakan free in/out oleh PT KCJ tak akan mengganggu kenyamanan penumpang. Sebab, pihaknya tengah berusaha melengkapi fasilitas penunjang di seluruh stasiun yang dilalui KRL commuterline.
"Kalau penumpang mau berangkat, kemudian tiba-tiba mau ke kamar kecil, kamar kecil sekarang ada di area steril. Sekitar 95% stasiun di Jabodetabek fasilitasnya sudah dilengkapi toilet dan musala," ujarnya. (J-2)