Headline
Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.
Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.
TEWASNYA Fikri Fadhlur Rahmansyah, 20, korban tawuran di Manggarai, Jakarta Selatan, Minggu (5/3) lalu tak hanya menyisakan pedih bagi keluarga yang ditinggalkan. Orang tua Fikri kini bingung membayar biaya operasi yang dijalani Fikri sebelum menghembuskan nafas terakhirnya.
Fikri dilarikan ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) akibat terkena senapan angin. Rusak kiri Fikri terluka.
Ayah Fikri, Wanto Susilo mengungkapkan, jumlah biaya operasi Fikri mencapai Rp35 juta. Ia belum sanggup membayarnya.
"Dan sepeserpun uang belum saya berikan. Saya menandatangani surat hutang dengan rumah sakit," kata Wanto saat ditemui di rumahnya, Gang Bakti RT006/RW05, Manggarai, Jakarta Selatan, Selasa (7/3).
Wanto mengungkapkan, Fikri tak memiliki Kartu BPJS Kesehatan, sehingga biaya operasi harus ditanggung sendiri. "Dia tenaga outsourcing, teknisi gedung di daerah (Jalan) Hayam Wuruk, enggak dapat BPJS," ungkap Wanto.
Kendati demikian, sebagai ayah dia merasa bertanggung jawab untuk melunasinya. Namun, hingga kini Wanto belum terpikir darimana untuk membayar biaya tak terduga itu.
Ayah dari tujuh orang anak itu berharap pemerintah memiliki kepedulian untuk membantu kesulitannya. "Kalau kami, di hati nurani kami, ingin minta bantuan pemerintah untuk pengobatan yang jumlahnya luar biasa. Kami tidak mampu, kemarin pun bisa ambil jenazahnya enggak pegang biaya sama sekali," ungkap Wanto.
Fikri menjadi salah satu dari dua korban tawuran yang terjadi di Manggarai, Jakarta Selatan, Minggu (5/3). Dua korban tewas karena tertembak senapan angin.
Satu korban lainnya bernama Sutan Rafi Hakim Lubis, 16, seorang pelajar SMK. MTVN/OL-2
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved