Headline
Konsistensi penegakan hukum perlindungan anak masih jadi tantangan
Konsistensi penegakan hukum perlindungan anak masih jadi tantangan
Di Indonesia, cukai rokok sulit sekali naik, apalagi pada tahun politik.
KESIGAPAN tim Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) sudah menjadi rahasia umum. Masyarakat sering melihat pasukan oranye itu beraksi di berbagai tempat, mulai menjaga kebersihan selokan, memangkas pohon yang menutupi jalan, menyapu jalan, memperbaiki sarana penerangan yang mati, hingga menata taman.
Namun, kecekatan pasukan oranye tampaknya harus ditularkan kepada masyarakat. Salah satu warga Kelurahan Utan Kayu Selatan, Jakarta Timur, Ilham Milita, 41, mengungkapkan perilaku masyarakat mulai berubah dengan keberadaan tim oranye. Masyarakat menjadi manja dan malas menjaga kebersihan lingkungan. Ada kekhawatiran kebudayaan masyarakat bergotong royong hilang.
“Dulu di lingkungan sini masih ada kerja bakti di hari libur. Sekarang sudah tidak ada lagi. Mungkin karena sudah ada tim ini, warga berpikir tidak perlu lagi kerja bakti. Tinggal lapor saja ke RT langsung ditindaklanjuti,” tutur Ilham.
Tentu sangat disayangkan bila kebudayaan luhur warisan nenek moyang kita itu kikis ditelan zaman. Hal itu tidak bisa dibiarkan berlangsung terus. Menurut sosiolog Sunyoto Usman, perilaku masyarakat yang berubah tersebut harus disiasati dengan peran aktif perangkat kerja di setiap lingkungan.
“Perilaku gotong royong yang memang sudah terkikis di kota besar jangan dibiarkan bertambah hilang. Mulai ketua RT sampai wali kota harus terus menyerukan kerja kolektif seperti kerja bakti,” jelas Sunyoto.
Di samping itu, masyarakat dapat melakukan distribusi peran sebagai kontrol menjaga lingkungan. Distribusi peran tersebut bisa dilakukan organisasi terkecil di setiap lingkungan. Misalnya, tokoh masyarakat memberikan edukasi tentang menjaga lingkungan secara bersama-sama.
Selain itu, ada harapan masyarakat dapat terpacu dengan lingkungan mereka yang tertata dan bersih. Bila sudah terbiasa dengan lingkungan yang bersih, masyarakat tidak akan tinggal diam ketika melihat beberapa tempat yang kotor. “Semoga masyarakat tidak lantas manja dengan sistem yang dibuat pemerintah itu,” ujarnya.
Pemerintah pun tidak tinggal diam. Wali Kota Jakarta Utara Wahyu Haryadi meminta jajarannya dan masyarakat melakukan kegiatan bersih-bersih atau kerja bakti massal untuk mengangkat sampah dan lumpur yang tersisa dari banjir. Seperti kita ketahui, banjir baru saja melanda Jakarta. “Sabtu dan Minggu harus segera dilaksanakan kerja bakti dan bersih-bersih lingkungan,” perintah Wahyu.
Ia pun meminta jajarannya untuk mendata infrastruktur yang rusak akibat terjangan banjir. Pendataan itu dilakukan karena setelah banjir, banyak sarana yang rusak, seperti rambu jalan yang hilang dan jalan yang berlubang. “Kami akan segera melakukan perbaikan,” kata Wahyu.
Semua dilaporkan
Anggota PPSU Kelurahan Utan Kayu Selatan Jakarta Timur, Agoes, 48, menuturkan setiap hari pasukan menerima laporan dari masyarakat tentang kondisi lingkungan. “Laporan warga kepada kami beragam, mulai kucing berak sembarangan sampai lampu jalan padam. Kalau soal lampu, kami langsung berkoordinasi dengan petugas penerangan jalan,” imbuhnya sambil tertawa.
Agoes mengakui pekerjaan mereka berdampak langsung terhadap masyarakat sehingga tidak bisa bekerja sembarangan. Soalnya, “Pekerjaan kami langsung dilihat masyarakat. Kalau kami sembarangan bekerja, langsung ketahuan,” jelasnya.
Setiap hari satu regu pasukan oranye bertanggung jawab atas sedikitnya empat wilayah rukun warga dalam satu kelurahan. “Satu regu ada 13 orang dan semua bekerja secara menyebar,” terang pria perantau dari Surabaya itu. Meski tim PPSU tidak pernah mengeluh tentang aneka laporan masyarakat, kebersihan tetap merupakan tanggung jawab kita semua, bukan cuma PPSU. (B-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved