Headline
Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.
Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.
DINAS Kesehatan Kota Depok, Jawa Barat, mencatat ada 8.555 anak usia di bawah lima tahun (balita) di kota itu yang mengalami stunting, yakni pendeknya tubuh anak jika dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya.
Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Depok Ernawati mengatakan hal itu akibat dari gizi buruk yang menimpa anak-anak itu, mulai saat masih di dalam rahim hingga setelah lahir.
"Di 2016 lalu, jumlah penderita stunting meningkat bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada 2015 ada 1.267 balita menderita stunting, pada 2016 mencapai 8.555. Ini salah satu dampak dari gizi buruk," ujarnya, kemarin.
Ia menjelaskan balita yang mengalami stunting dapat dihitung dengan cara mengukur tinggi badannya dan kemudian dibagi dengan usianya. "Dari jumlah tersebut ada grafik indikator yang menunjukkan bayi tersebut masuk kategori stunting atau tidak. Jadi ada standar deviasinya," kata Ernawati.
Gizi buruk itu, sambungnya, juga akan membuat anak gampang sakit, selain bakal memiliki postur tubuh yang tak maksimal kelak. Parahnya lagi, dampak dari kekurangan gizi pada usia dini itu bisa meningkatkan risiko kematian bayi dan anak.
Lalu apa penyebab bayi bisa kekurangan gizi saat berada di dalam kandungan?
"Penyebabnya banyak. Namun, yang paling banyak terjadi ialah karena sang ibu semasa hamil banyak mengonsumsi makanan ringan dan mi instan," tegas Ernawati.
Karena itu, lanjutnya, ibu hamil sangat dianjurkan mengonsumsi makanan yang bergizi seimbang. "Layanan kesehatan juga sudah ada yang mencakup konseling untuk ibu hamil. Ini untuk mencegah stunting," ujarnya.
Diakuinya, kondisi balita yang mengalami stunting akan sulit untuk diperbaiki. Pihaknya hanya bisa memberikan konseling bagi orangtua yang bayinya mengalami stunting.
"Penyebab kurangnya nutrisi itu adalah saat dalam kandungan dan genetik orangtua. Akan tetapi, karena genetik itu kecil sekali kemungkinannya," ujar Ernawati.
Berdasarkan data WHO pada 2014, Indonesia berada di urutan ke-17 dari 117 negara dengan prevalensi perawakan kurus dan tubuh pendek. Angka perawakan kurus mencapai proporsi 35% dan stunting 14%.
Stunting dapat dicegah dengan memberikan nutrisi penting sejak lahir. Pada bayi, nutrisi terkandung dalam air susu ibu (ASI). Apalagi kandungan kolostrum dan antibodi alaminya bisa menunjang tumbuh kembang bayi. ASI juga bisa membantu mencegah infeksi dan gangguan kesehatan lainnya.
Selanjutnya, setelah bayi berusia enam bulan, perlu diberi makanan pendamping ASI (MPASI). MPASI tidak sekadar pemberian makan agar bayi kenyang, tetapi harus seimbang dan bergizi.(Kisar Rajaguguk/J-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved