SEPULUH tahun lalu warga Jakarta masih kesulitan untuk melaporkan segala permasalahan sosial di lingkungan mereka. Mereka kebingungan kepada siapa harus mengadukan permasalahan mereka seperti tumpukan sampah, banjir, atau jalanan yang rusak.
Namun, semuanya kini telah berubah berkat aplikasi Qlue yang memungkinkan masyarakat melaporkan segala permasalahan di lingkungan sekitar. Semua laporan itu langsung ditindaklanjuti petugas dari satuan kerja perangkat daerah (SKPD) terkait hanya dalam waktu 4 jam sampai 8 jam.
PT Qlue Performa Indonesia, perusahaan penyedia aplikasi Qlue yang bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta, sempat tercengang sesaat setelah dirilisnya aplikasi Qlue itu. Hal itu disebabkan aplikasi yang dirilis Desember 2014 itu langsung kebanjiran pengunduh (downloader) hingga 5.000 kali pada pertama kali kemunculannya. Akibatnya server aplikasi Qlue sempat drop. Namun, tak lama berselang, sistem server kembali berjalan lancar seiring dengan sejumlah penyesuaian yang dilakukan.
Marketing Communications Manager Qlue Indonesia Elita Yunanda mengatakan setidaknya ada 600 ribu pengguna sesaat setelah aplikasi Qlue dirilis. "Ketika pertama kali launching pada Desember 2014, kami sempat tidak menyangka pengunduh bisa sampai 5.000 kali. Sampai-sampai server kami sempat down," kata Elita, kemarin.
Tahapan mengunduh aplikasi Qlue pun terbilang mudah. Masyarakat bisa langsung mengunduh aplikasi itu di Google Store yang telah tersedia di tiap telepon pintar. Sesaat setelah melakukan registrasi, pengguna bisa langsung memanfaatkan fitur-fitur yang tersedia seperti pelaporan ke pemerintah, pelaporan ke perusahaan swasta, forum diskusi, percakapan personal, hingga berbagi tautan laporan ke media sosial.
Elita menjelaskan aplikasi pendukung sistem Jakarta Smart City itu pada dasarnya memiliki tiga tujuan, yakni meningkatkan layanan kepada masyarakat, transparansi kinerja pemerintah, dan meningkatkan partisipasi publik kepada Pemprov DKI.
Di awal kemunculannya, Qlue telah berhasil menjaring minat 600 ribu warga Jakarta yang saat ini 70%-nya merupakan pengguna aktif. Saat itu, jumlah laporan terkait dengan Pemprov DKI tercatat 500-1.000 laporan setiap harinya.
Kepala Unit Pengelola Jakarta Smart City Setiaji mengatakan saat ini jumlah laporan yang masuk meningkat hingga 1.300-2.500 laporan per hari. Hal itu disebabkan tindak lanjut petugas yang semakin sigap.
"Dulu SKPD terkait baru menindak laporan 300 jam setelah pelaporan. Saat ini rata-rata hanya 8 jam saja," ujarnya.
Namun, kendala di lapangan tak luput dirasakan. Ada beberapa laporan yang merupakan ranah pemerintah pusat. Jika demikian, tindak lanjut baru bisa dilakukan tiga hari.
Akibatnya, jumlah komplain pada kolom komentar meningkat dari sebelumnya 2.000 komplain per bulan menjadi 2.000 dalam sehari.
"Contohnya ada laporan fasilitas Gelora Senayan yang rusak atau penebangan pohon di wilayah pemerintah pusat," kata Setiaji.
Keterlibatan warga
Beragam sosialisasi pun telah dilakukan. PT Qlue Performa sendiri secara rutin memberikan pelatihan ke aparat kelurahan-kelurahan di Jakarta.
Ada juga pelatihan training for trainer. Dengan metode itu, aparat kelurahan akan melatih ulang para ketua RT dan RW di wilayah setempat untuk menggunakan aplikasi Qlue.
Menurut Elita, teknologi yang menggunakan aplikasi itu belum ada di negara lain. Bahkan, pemerintah Singapura yang sempat berkunjung ke Kantor Jakarta Smart City takjub melihat tingginya animo masyarakat terhadap aplikasi Qlue.
Kepala Unit Pengelola Jakarta Smart City Setiaji mengatakan sebetulnya basis teknologi milik pemerintah Singapura lebih canggih karena menggunakan close circuit television (CCTV) atau sensor untuk mengurus permasalahan lingkungan permukiman warga. Namun, di sana, warga tidak diajak berpartisipasi seperti yang ada pada aplikasi Qlue.
"Singapura tertarik dengan teknologi yang digunakan Jakarta Smart City. Di negara mereka, basis teknologinya lebih canggih tapi masyarakatnya cuek untuk berpartisipasi," tandas Setiaji. (J-1)