Headline
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
RENCANA Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Sumarsono untuk mengganti desain kereta moda raya terpadu (MRT) dinilai konyol dan tidak substansial.
Pemerintah seharusnya sudah merumuskan tentang pembangunan koneksi stasiun MRT yang belum mendapat kepastian. Tidak hanya itu, masalah pembebasan lahan di kawasan Fatmawati, Jakarta Selatan, sampai saat ini belum menemukan titik temu.
"Ngapain plt gubernur meributkan desain bentuk MRT. Biaya mengubahnya juga mahal. Daripada menghabiskan energi soal itu lebih baik membahas yang substantif dari proyek MRT," kata pengamat tranportasi, Danang Parikesit, kemarin.
Danang mengingatkan bahwa proyek yang menggunakan dana utang dari Jepang itu menghasilkan perjanjian di antara dua negara. Namun, dalam perjanjiannya, pembangunan properti dan koneksi akses bawah tanah itu tidak ditanggung dari dana utang tersebut.
"Dalam perjanjiannya, pembangunan koneksi akses bawah tanah dari stasiun ke gedung, bagaimana sistem integrasi dengan tranportasi lain, misalnya, pemerintah Jepang tahunya itu menggunakan anggaran pemerintah (Indonesia) sendiri bukan dari utang," ujarnya
Rencana Sumarsono itu, ungkap Danang, pasti akan berdampak pada molornya proyek MRT. Ditambah dengan belum dibahasnya pembangunan koneksi akses bawah tanah yang menelan biaya Rp3 triliun hingga Rp5 triliun.
"Semakin lama masyarakat bisa menikmati sarana tranportasi yang berkualitas. Belum lagi mau membangun koneksi, pengembangan bangunan TOD dan pembangunan kawasan komersial baru sepanjang jalan akses itu," paparnya
Terkait dengan penambahan biaya jika mengubah desain MRT, Sekda Provinsi DKI Jakarta Saefullah menegaskan negosiasi yang ditawarkan pemprov tanpa penambahan beban biaya sebesar Rp17,8 miliar.
"Kita enggak mau. Siapa yang mau tekan angka itu? Dari kita negosiasinya tidak mau bertambah," kata Saefullah.
Menurut Saefullah, desain rolling stock yang berwarna biru sudah paling optimal untuk desain MRT Jakarta. Desain yang sempat diajukan hanya cocok untuk kereta cepat di Jepang atau Tiongkok yang berbentuk seperti peluru.(Sru/Aya/J-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved