Headline

Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Wow Angka Kecelakaan Naik 100%

Yanurisa Ananta
31/1/2017 08:32
Wow Angka Kecelakaan Naik 100%
()

KENDATI separator jalur Trans-Jakarta ditinggikan dan palang pintu dijaga petugas, kendaraan pribadi tetap saja masuk ke jalur tersebut. Belum lagi pejalan kaki nekat menerabas separator jalur Trans-Jakarta.

"Ada banyak orang yang masih memilih menyeberangi separator jalur Trans-Jakarta ketimbang naik jembatan penyeberangan orang (JPO). Penegakan hukumnya memang harus diperketat," ujar Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setidjowarno kepada Media Indonesia, kemarin.

Djoko menambahkan kecelakaan lebih sering terjadi ialah sepeda motor yang berbalik arah di area jalur Trans-Jakarta. Alhasil, motor sering tersenggol bus Trans-Jakarta.

Untuk mengurangi tingkat kecelakaan tersebut, menurut Djoko, PT Trans Jakarta harus memiliki pemetaan yang memadai. Koridor mana saja rawan kecelakaan. Penambahan jumlah petugas Dishubtrans dan Trans-Jakarta di area tersebut sangat diperlukan.

Di sisi lain, Djoko menyayangkan kesadaran masyarakat yang rendah soal keselamatan. Jadi, kloplah angka kecelakaan di jalur Trans-Jakarta pada 2016 meningkat jika dibandingkan dengan 2015. "Peningkatan jumlah kecelakaan tidak sepenuhnya kesalahan manajemen Trans-Jakarta. Lebih banyak disebabkan gangguan dari luar ketimbang kesalahan pengemudi," Katanya.

Naik 100%
Data PT Trans Jakarta menyebutkan jumlah kecelakaan di rute Trans-Jakarta pada 2016 ketimbang 2015 naik 100%. Pada 2015, tercatat terjadi 427 kasus, sedangkan pada 2016 ada 852 kasus. Umumnya kecelakaan terjadi di area nonkoridor. Pada 2015 sebanyak 18% kecelakaan terjadi di Koridor 8 (Lebak Bulus-Harmoni). Di periode yang sama, persentase kecelakaan di ruang nonkoridor hanya 2%.

Direktur Utama PT Trans Jakarta Budi Kaliwono mengatakan meningkatnya kecelakaan terjadi seiring dengan bertambahnya rute nonkoridor dan mix traffic. Rute area non-koridor tersebut tidak dilengkapi dengan separator sehingga kendaraan pribadi kerap menyerempet bus Trans-Jakarta. "Kecelakaan di rute Trans-Jakarta sering terjadi di luar kontrol kita. Kecelakaan di nonkoridor 90% merupakan mix traffic sehingga sering terjadi senggolan," kata Budi di Balai Kota DKI Jakarta seusai rapat pimpinan (Rapim), kemarin.

Untuk kecelakaan di rute koridor, jelas Budi, kasusnya banyak terjadi lantaran mobil pribadi menabrak separator yang sudah ditinggikan. Mobil pribadi atau mobil boks kerap memasuki jalur Trans-Jakarta dan menyerempet bus di gerbang Trans-Jakarta. Sebagian kasus kecelakaan juga terjadi karena bus menyerempet dermaga atau kanopi halte.

Meski angka kecelakaan naik drastis, jumlah korban luka dan meninggal dunia turun. Pada 2015, jumlah korban luka ialah 87 orang. Pada 2016 ada 86 orang. Sementara itu, jumlah korban meninggal dunia di 2015 ada tujuh orang dan lima orang pada 2016. "Bahaya betul jika kita menyeberangi separator. Apalagi, sekarang kami memberlakukan lawan arus di beberapa lokasi," tegas Budi.

Untuk mengurangi jumlah kecelakaan tahun ini, pihaknya meminta penegak hukum, dalam hal ini kepolisian dan Dishubtrans, untuk lebih keras menegur pelanggar lalu lintas.

Sementara itu, Sekda Pemprov DKI Jakarta Saefullah berharap angka kecelakaan turun agar ritme kedatangan bus Trans-Jakarta rutin. Misalnya, bus datang tiap 5 menit sekali. Jika molor, itu menggoda pengendara pribadi untuk memanfaatkan jalur Trans-Jakarta di tengah kemacetan. (J-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya