Headline
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
PUTARAN jalan di Kota Depok, Jawa Barat, saat ini seakan menjadi surganya pak ogah atau polisi cepek begitu masyarakat menyebut para pengatur lalu lintas bayaran tersebut. Hampir di setiap putaran di jalan-jalan protokol bercokol pak ogah yang beroperasi tak kenal waktu.
Namun, yang sering membuat masyarakat kesal, pak ogah itu bukannya mengatur demi kelancaran, tetapi justru membuat jalanan menjadi macet. Ternyata, itulah modus mereka supaya mendapatkan kepingan uang dari para pengemudi roda empat yang berputar.
"Kalau jalanan lancar, mana mau para pengemudi keluarkan uang buat kami. Karena itu, jalan harus dibuat sedikit tersendat sehingga mereka merasa terbantu dengan keberadaan kami," aku Roy, salah satu pak ogah yang mangkal di putaran depan Hotel Genggong yang berada di Jalan Raya Bogor, Kelurahan Mekarsari, Cimanggis, Kota Depok.
Ia mengakui, sejatinya tanpa bantuannya pun para pengemudi akan dengan mudah berputar di situ karena jalan yang begitu lebar.
"Tapi kalau begitu, saya enggak bisa dapat uang dong," ujarnya terkekeh. Pria berusia 30 tahun itu mengaku dalam sehari bisa mengantongi Rp75 ribu-Rp100 ribu di putaran tersebut. Pendapatan sebesar itu, sebutnya, jauh lebih gampang didapat dengan cara tersebut ketimbang menjadi tukang ojek.
"Dulu saya pernah menjadi tukang ojek. Sudah kerjanya capek, saya hanya bisa bawa pulang uang Rp30 ribu, paling banyak Rp50 ribu. Sekarang bisa sampai Rp100 ribu dengan hanya mengatur di putaran. Kerjanya pun enak asal tahan lama berdiri saja," kata Roy. Pengakuan yang sama juga disampaikan Idris, pak ogah di Jalan Simpang Depok.
"Saya bisa bawa uang Rp100 ribu-Rp150 ribu ke rumah. Rata-rata pengendara kasih uang gopek, jarang yang kasih Rp1.000," kata pria berusia 40 tahun itu. Jika mereka menangguk untung dari putaran itu, tidak demikian dengan para pengemudi. Rahmin, salah seorang pengendara mobil, mengaku sering kesal dengan kelakuan para pak ogah tersebut. Ia sebenarnya tahu dengan modus yang sering dipakai petugas partikelir itu. Namun, ia tak bisa berbuat banyak selain memendam kekesalan.
"Seharusnya hanya polisi yang boleh mengatur lalu lintas. Gara-gara pak ogah, bukannya jadi lancar malah bikin macet," gerutunya. Untuk membuat jalan jadi tersendat, gampang saja. Ia akan pasang badan dengan berdiri di tengah putaran sehingga para pengemudi akan terhalang ketika ingin berbelok. Begitu arus kendaraan di jalur sebelah mulai tersendat, baru para pak ogah membuka jalan putaran. Akhirnya, para pengemudi yang ingin memutar pun terpaksa antre bergantian di tengah tersendatnya arus di jalur sebelah. (Kisar Rajaguguk/J-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved