Kualitas Udara Jakarta Utara Paling Buruk

KUALITAS udara di wilayah Jakarta Utara terburuk jika dibandingkan dengan wilayah Jakarta lainnya. Banyaknya lokasi industri menjadi penyebab utama. Terlebih, padatnya kendaraan truk yang berlalu-lalang menambah jumlah polutan di Jakarta Utara.

Demikian data Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan DKI Jakarta yang terekam pada Sabtu (14/1) hingga Rabu (18/1).

Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) Jakarta Utara mencatat rata-rata kandungan ozon (O3) di level 38,25. Nilai tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan nilai ISPU di wilayah kota lain.

Wakil Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan DKI Ali Maulana yang dimintai konfirmasi kemarin menjelaskan kepadatan lalu lintas kendaraan berukuran besar menambah parah kondisi udara. Kurangnya ruang terbuka hijau (RTH) juga menyumbang kualitas udara yang buruk.

"Jakarta Utara memiliki kandungan udara yang paling buruk karena pusat industri. RTH sangat minim dan kepadatan lalu lintas juga menyebabkan polusi di udara semakin parah," kata Ali.

Kategori ISPU dibuat berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 45 Tahun 1997 tentang ISPU.

Skala 0-50 masuk kategori kualitas udara baik. Skala 51-100 masuk kategori kualitas udara sedang, sedangkan skala 101-199 termasuk kategori tidak sehat dan skala 200-299 masuk kategori sangat tidak sehat. Terakhir, skala 300-500 dinyatakan berbahaya.

Untuk mengevaluasi sejumlah kegiatan industri di Jakarta Utara, Dinas Lingkungan Hidup tahun ini akan mewajibkan perusahaan yang berkegiatan industri untuk melaporkan kegiatan mereka setiap tiga bulan.

Kegiatan yang dilakukan harus sesuai dengan analisis mengenai dampak lingkungan (amdal) yang dimiliki.

"Tim dari dinas lingkungan hidup akan mengecek apakah kegiatan industri perusahaan sesuai dengan kajian amdal yang dimiliki setiap tiga bulan sekali," lanjut Ali.

Berbahaya
Pemantauan aktivitas industri perusahaan penting dilakukan lantaran kandungan ozon di udara berbahaya bagi kesehatan.

Kepala Bidang Tata Lingkungan dan Kebersihan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan DKI, Fitratunnisa, menjabarkan kandungan ozon pada udara dapat menyebabkan iritasi pada mata dan hidung, batuk, sakit kepala, hingga rusaknya fungsi paru-paru. Bahaya serupa juga berpotensi terjadi di wilayah Jakarta lainnya.

Jakarta Selatan berada di posisi kedua dengan kualitas udara terburuk, rata-rata nilai ISPU pada 33,2 di periode yang sama. Kandungan kimia yang terkandung di udara Jakarta Selatan cenderung lebih bervariasi, di antaranya sulfur (So2), debu (PM10), dan ozon.

Jakarta Pusat memiliki nilai ISPU rata-rata 30,3 dengan kandungan kimia lebih banyak sulfur. Jakarta Timur rata-rata memiliki nilai ISPU 27,6 dengan kandungan debu paling banyak. Sementara itu, Jakarta Barat memiliki nilai ISPU rata-rata 27,2 dengan kandungan karbon monoksida (CO) paling banyak.

Citra Prameswari, 27, warga Jakarta Selatan, mengaku terganggu dengan kondisi udara Ibu Kota saat ini. Asap knalpot selama di perjalanan kerap menempel di baju dan tas miliknya. Bahkan, asap knalpot terkadang membuatnya pusing.

Direktur Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jakarta Puput TD Putra mengatakan 90% polusi Jakarta disumbang dari emisi gas buang karbon dioksida (Co2) dari sektor transportasi.

Sementara itu, sektor industri menyumbang 7%, kepadatan penduduk atau permukiman 2%, dan sampah 1%. Sebanyak 30% wilayah Jakarta harus dipenuhi RTH jika pemerintah ingin mengurangi polutan.

Pemprov DKI diminta terus menyosialisasikan transportasi massal yang nyaman dan aman bagi warga Jakarta.

Selain itu, kegiatan Hari Bebas Kendaraan Bermotor seharusnya dibuat selama satu hari penuh supaya pengurangan polutan Jakarta signifikan. (J-2)