BERTON-TON sampah menumpuk di beberapa tempat di Ibu Kota setelah truk pengangkut sampah DKI Jakarta tujuan Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Kota Bekasi, dihadang oleh sekelompok orang di Cileungsi, Kabupaten Bogor, sejak Senin (2/11). Truk-truk yang telanjur diisi sampah dan siap diangkut pun hingga kemarin akhirnya parkir di sejumlah lokasi. Sampah di truk-truk tersebut menebarkan bau tidak sedap. Berdasarkan pantauan, sampah rumah tangga sudah menggunung.
Di Jakarta Selatan, tumpukan sampah antara lain terlihat di depo kawasan Kebon Baru, Taman Honda Tebet, Kalibata, dan Lenteng Agung. Di kawasan Kebon Baru ada lima gerobak dan dua truk berisi penuh sampah sampah yang belum dibuang. Sampah sebanyak itu selain menebarkan bau busuk juga dikerumuni lalat. Kondisi tidak jauh berbeda juga terlihat di depo pembuangan sampah di samping Taman Honda Tebet. Di lokasi tersebut, delapan truk yang juga penuh sampah hanya berjajar. Adapun kondisi paling parah terlihat di depo pembuangan sampah Kalibata, Kecamatan Pancoran, tepatnya di Jalan DPR dekat Stasiun Kereta Api Kalibata.
Di tempat tersebut sedikitnya ada 20 truk berisi sampah terparkir memanjang di tepi jalan. Truk-truk itu baru bergerak menuju TPST Bantargebang pukul 21.00 WIB melalui Bekasi Barat. Salah seorang sopir truk di kawasan tersebut, Ade, menjelaskan truk-truk itu terpaksa menepi di dekat depo Kalibata karena saat sampah berusaha diangkut ke TPST Bantargebang pada Selasa (3/11) malam, terjadi penghadangan oleh sekelompok orang di Cileungsi. "Sampah ini terpaksa kami bawa kembali ke sini. Sebenarnya ini sudah siap angkut sehingga bagian atasnya dipasangi terpal. Tapi karena tidak bisa melintasi Cileungsi, terpaksa dibawa kembali," tutur Ade, kemarin. Ia mengaku telah berupaya mengangkut sampah itu melalui jalur Bekasi Barat pada malam hari, sesuai jam operasional, yaitu mulai pukul 21.00 hingga 05.00. Namun, panjang antrean truk sampah di jalur tersebut mencapai 5 kilometer (km).
Ditinggal sopir Kesulitan mengangkut sampah ke TPST Bantargebang juga memengaruhi kinerja para pemungut sampah dari rumah ke rumang menggunakan gerobak. Di Kawasan Rawajati, sedikitnya ada 40 gerobak yang tidak bisa membuang sampah ke depo Kalibata lantaran sampah di depo sudah menggunung. "Saya enggak bisa ambil sampah ke rumah-rumah warga karena gerobaknya masih penuh sampah. Belum bisa diturunin ke depo, harus antre," kata salah seorang pemungut sampah, Jarwo. Di kawasan Lenteng Agung juga terdapat 10 truk yang parkir di pinggir jalan.
Truk-truk berisi sampah tersebut juga ditinggalkan para sopirnya dalam kondisi terkunci. Salah seorang petugas pemilah sampah, Anto, menyatakan para sopir truk pulang ke rumah masing-masing karena kelelahan setelah gagal membuang sampah ke TPST Bantargebang. Sementara itu, pengangkutan sampah dari sejumlah pasar tradi-sional di Jakarta Barat, antara lain di Pasar Slipi, Palmerah, dan Pasar Kedoya, tetap berjalan Sampah yang tidak terangkut ke TPST Bantargebang, sebagian dibawa ke Stasiun Pengalihan Antara (SPA) Sunter, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Namun, menurut Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta Isnawa Aji, hal itu tidak bisa dilakukan terus karena luas lahannya hanya 5 hektare. Oleh karena itu, ia meminta Pemerintah Kabupaten Bogor mengamankan jalur truk sampah menuju TPST Bantargebang.