KAGET betul saat melihat perubahan warna air Kalimalang, kemarin. Sepanjang Bekasi hingga masuk Jakarta Timur, air Kalimalang yang biasanya berwarna cokelat menjadi hitam pekat. Tercium pula bau tak sedap di sana.
Perubahan warna tersebut terjadi sejak pagi. Belum jelas penyebabnya. Beberapa warga yang melintas merasa terganggu dengan semerbak bau tak sedap yang tercium di air Kalimalang itu.
Dari pinggir Kalimalang, terlihat ikan dan udang yang mabok akibat pekatnya air di sana. Bahkan, ikan gabus, mujair muncul ke permukaan dan menepi ke tepian kali. Warga yang melihat, tanpa bersusah payah memungut dengan alat seadanya.
Pemandangan itu terlihat di sepanjang jalan inspeksi Kalimalang, Jakarta Timur. Belasan warga sekitar Kalimalang terlihat menggunakan alat seperti jaring, saringan ikan dan juga bambu.
Soni, 42, salah satu warga yang menjala udang dan ikan sejak pagi tadi mengaku sudah mendapat sekitar setengah kilogram udang kecil dan ikan seperti mujair, tawes, serta gabus. "Gak apa-apa kalau sudah tercemar limbah, langsung digoreng aja (ikan dan udang), lumayan untuk makan sore," ujar Soni warga Duren Sawit saat ditemui di lokasi.
Menurut Soni, perubahan warna air Kalimalang yang berubah hitam sangat tidak normal. Kejadian itu, menurutnya bukan yang pertama kali terjadi. Biasanya, saat hujan deras mengguyur wilayah Jakarta air Kalimalang justru berubah hitam pekat. Saat kondisi itu terjadi, warga sekitar spontan turun ke kali untuk memanfaatkan kejadian itu.
Bagi Soni yang kesehariannya berdagang sayur itu, penyebab pekatnya air Kalimalang pasti tercemar limbah pabrik. Atau memang sengaja limbahnya dibuang ke Kalimalang saat turun hujan. "Cuma belum tahu ini pabrik yang mana yang mencemarkannya. Aneh aja kalau tidak bisa diusut," heran Soni.
Soni dan beberapa warga lainnya khawatir kondisi air Kalimalang ini dapat berdampak pada kesehatan warga sekitar. Apalagi, Kalimalang merupakan sumber air baku untuk air bersih warga Jakarta.
Saat menanggapi hal itu, PT Aetra sebagai operator air bersih menurunkan jumlah produksinya. General Manager PT Aetra, Poppi Indrawati mengatakan pihaknya hanya bisa memproduksi 7.000 liter air per detik dari biasanya yang bisa memproduksi 9.600 liter per detik. "Untuk hal seperti ini kami mengurangi produksi air semampu bahan kimia yang dibutuhkan di sini."
Ia mengaku belum mengetahui penyebabnya. Pihaknya masih melakukan pemeriksaan dan mencari informasi berapa lama kondisi tersebut akan terjadi. Dugaannya, menghitamnya air Kalimalang ini berasal dari air di muara yang ada di Bekasi dan tercampur dengan air di kanal Tarum Barat. Hujan membawa aliran air hingga tercampur dengan endapan dari limbah yang membuat air menghitam.