Mengail Rezeki di Sepanjang Trotoar

Gana Buana
02/10/2015 00:00
Mengail Rezeki di Sepanjang Trotoar
(MI/Arya Manggala)
JALUR pedestrian, terutama di jalan-jalan utama di Bekasi yang banyak dilalui para pejalan kaki, digunakan sebagai peluang mengail rezeki bagi sebagian orang. Mulai dari pedagang kaki lima yang menjual aneka makanan hingga penyedia jasa parkir berbagi tempat di sepanjang trotoar yang seharusnya diperuntukkan bagi para pejalan kaki. Berjualan di trotoar dinilai lebih menguntungkan, karena dekat dengan calon pembeli, juga tidak perlu membayar sewa seperti berdagang di kios-kios.

Mamat Ali, 45, misalnya. Ia memilih berjualan gorengan di trotoar yang berada tepat di depan Stasiun Bekasi, di Jalan Ir H Juanda. "Mau gimana lagi, kalau sewa kios biayanya pasti enggak nutup dong. Ya, saya terpaksa jualan di trotoar buat menutupi kebutuhan sehari-hari," ujarnya saat ditemui, beberapa waktu lalu.

Tempat berjualan yang dipilih Mamat terbilang strategis, karena banyak penumpang kereta yang lalu lalang keluar masuk stasiun. "Yang jalan kaki mudah menjangkau. Yang naik motor atau mobil juga mudah menjangkau tempat saya."

Dalam sehari, Mamat mengaku bisa mendapat omzet Rp500 ribu hingga Rp1 juta. Tergantung seberapa banyak bahan gorengan yang ia bawa. "Minimal saya bisa jual 500 biji gorengan. Sejak delapan tahun lalu, saya berjualan di sini, tak pernah satu pun gorengan tersisa. Pukul 20.00 sudah habis," ujarnya.

Selain Mamat, ada pula Arifin, 38, yang memanfaatkan trotoar sebagai lahan usaha. Ia menyediakan jasa penitipan motor di trotoar yang sama. Motor-motor yang diparkir di badan trotoar membuat jatah pejalan kaki menyempit. Bahkan, para pejalan kaki kerap terpaksa terusir dari trotoar dan melangkah di badan jalan.


Jasa penitipan sepeda motor yang menggunakan trotoar untuk lahan parkir di kawasan Stasiun Bekasi.
Foto: MI/Arya Manggala

Arifin menjelaskan ia hanya menaruh motor-motor yang dititipkan kepadanya di trotoar pada hari kerja, yakni Senin hingga Jumat. Para penitip mayoritas ialah penumpang kereta yang bekerja di Jakarta. Trotoar hanya digunakan saat lahan parkir yang dimilikinya tidak mampu menampung jumlah motor yang ada.

"Kalau lahan punya saya sudah tidak muat lagi, saya memanfaatkan lahan trotoar untuk simpan motor pelanggan," tuturnya.

Luas lahan parkir yang dimilikinya sekitar 500 meter persegi hanya cukup menampung hingga 200 motor. Sementara itu, motor yang dititipkan kepadanya pada hari kerja bisa mencapai 250 hingga 300 unit. "Selama saya taruh di luar tidak pernah hilang, kok. Aman-aman saja."

Selama 10 tahun berbisnis penitipan motor, Arifin bisa mendapat untung Rp1 juta hingga Rp2 juta per hari. Ia memberlakukan tarif flat Rp5.000 untuk sekali parkir kepada para pelanggan.

Berdasarkan pantauan, jalur pedestrian yang berada di sekitar Jalan Ir H Juanda rusak akibat dijadikan tempat parkir kendaraan pribadi maupun tempat penitipan motor yang ada di sekitarnya. Batu conblock yang disusun rapi di atasnya tidak lagi memiliki bentuk. Banyak di antaranya sudah pecah dan hilang. Selain itu, pinggir batas trotoar pun hancur akibat gesekan roda kendaraan saat berusaha naik turun di jalur pejalan kaki tersebut.

Sekretaris Dinas Perekonomian Rakyat (Dispera) Kota Bekasi Dedet Kusmayadi mengatakan pihaknya tengah membahas penyelesaian masalah pedagang kaki lima yang ada di Kota Bekasi.

"Iya, baru akan kami tertibkan, mereka memang sudah puluhan tahun ada. Apalagi yang terletak di sepanjang Jalan Ir H Juanda hingga ke Pasar Baru Bekasi," jelasnya.(J-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya