Jelang pukul 07.00, ia meminta para penumpang bergegas masuk ke kapal yang akan ia kemudikan.
Barang-barang bawaan penumpang pun harus sudah tersusun rapi di dalam kapal.
Setelah memastikan semuanya siap, Rafiq masuk ke ruang kemudi.
Dengan dibantu lima anak buah kapal, laki-laki itu menjadi nahkoda kapal ojek yang membawa penumpang dari Pelabuhan Kali Adem menuju Pulau Harapan.
Sudah belasan tahun ia dipercaya mengemudikan kapal Khayatullah.
Bagi Rafiq, menjadi nahkoda kapal mengemban tanggung jawab yang besar.
"Nyawa penumpang kan di tangan saya. Jadi harus ekstra hati-hati," tuturnya saat ditemui beberapa waktu lalu.
Kapal Khayatullah memiliki kapasitas 200 orang penumpang.
Namun hari itu, hanya ada 30 penumpang yang naik ke kapal tersebut.
"Kalau hari biasa sepi. Sabtu, Minggu atau hari libur baru ramai," kata Rafiq.
Kebanyakan penumpang ialah warga Pulau Harapan yang membawa bahan makanan pokok untuk diperdagangkan di sana, seperti air mineral dalam galon, sayuran, telur, dan sebagainya.
Bahkan, kapal Khayatullah juga mengangkut tiga sepeda motor milik warga.
Rafiq beruntung hari itu, cuaca cerah membuat perjalanannya lebih nyaman.
Namun demikian, ombak di tengah laut yang mengguncang kapal Khayatullah hari itu menjadi tantangan bagi Rafiq.
Ia harus memusatkan konsentrasi pada kemudi kapal.
Menjaga laju kapal, menaklukan ombak yang bergelombang.
"Kalau ombaknya besar, merapat saja ke pulau terdekat," kata Rafiq tanpa melepaskan pandangan dari laut di hadapannya.
Meskipun kendali kapal masih dikuasai Rafiq, pria yang bercita-cita menjadi guru agama itu masih kerap mengkhawatirkan keselamatan para penumpangnya.
Ia berharap ada mekanisme yang lebih baik untuk setiap kapal ojek yang membawa penumpang ke Pulau Harapan dan pulau-pulau sekitar lainnya, sehingga keselamatan penumpang lebih terjamin.
"Saya kepingin ada surat izin layar. Terus alat keamanan di kapal bisa dilengkapi seperti jaket pelampung dan rakit. Supaya lebih tenang dan nyaman di perjalanan," ujarnya.
Rafiq mendapat jatah empat hari berlayar membawa penumpang dari Pelabuhan Kali Adem, empat hari libur.
"Karena ada enam kapal, jadi sistemnya gantian. Kecuali kalau penumpang ramai."
Laki-laki itu merasa puas dengan pekerjaannya sebagai nahkoda kapal ojek.
Penghasilan Rp10 juta per tiga bulan yang diterimanya dirasa cukup untuk memenuhi kebutuhannya dan keluarga.