KECELAKAAN antara mobil odong-odong dan truk molen yang menewaskan empat anak pada awal Mei 2014 tidak membuat jera para penarik odong-odong ataupun warga. Belakangan ini, odong-odong hasil sulap mobil tua atau gerobak motor tidak lagi beroperasi hanya di perumahan atau permukiman warga. Di sana hanya menjadi titik awal mereka meraup penumpang untuk dibawa berkeliling kota. Dengan ongkos murah, hiburan anak-anak itu menepikan aspek keselamatan dan keamanan.
Itu, misalnya saja, terjadi di sekitar Manggarai, Jakarta Selatan. Odong-odong biasa mangkal tepat di belakang rel kereta api, di dekat Pasar Rumput. Mereka beroperasi pada pagi pukul 08.00-10.00 WIB dan sore pukul 15.00-20.00. Di pangkalan itu, terdapat lima sampai delapan odong-odong. Bentuknya beragam, mulai kijang tua keluaran 80-an yang disulap menjadi mobil odong-odong terbuka dengan cat warna-warni menarik sampai gerobak motor yang dimodifikasi sehingga memiliki kepala burung, sayap, dan ekor.
Rizal, salah seorang penarik odong-odong yang mangkal di sana, mengungkapkan setiap pagi ia menyetir odong-odong berkeliling perumahan dan permukiman untuk mencari penumpang. Sambil berkeliling, ia menyetel lagu anak-anak dengan volume keras agar bisa didengar dan menarik perhatian seluas mungkin, terutama penumpangnya yang terdiri atas anak-anak dan ibu-ibu yang menemani anak mereka. Ia menarik ongkos Rp2.000-Rp5.000 tergantung jauh dekatnya jarak tempuh berkeliling.
Para penumpang itu kemudian dibawa berkeliling daerah Jalan Saharjo hingga Taman Menteng. ''Kita muter-muter di wilayah perumahan hanya untuk mencari penumpang. Kalau sudah dapat, langsung ajak jalan keliling-keliling,'' ujarnya.
Untuk hari-hari libur, kata dia, para penarik odong-odong biasanya mengantar penumpang berkeliling Monas. Ongkosnya tentu lebih mahal, Rp10 ribu sekali jalan. ''Kalau Sabtu-Minggu kita muterin Monas pagi-pagi, sampai banyak ibu yang sudah antre dari depan Pasar Rumput,'' terangnya.
Rizal membawa penumpangnya berkeliling di jalan raya agar para penumpang tidak bosan. Konsep odong-odong itu, menurutnya, mirip konsep delman. Penumpang hanya diajak jalan berkeliling, lalu kembali ke tempat semula. Dalam satu hari, setiap penarik odong-odong bisa mendapat sekitar Rp400 ribu, bahkan penghasilannya meningkat hingga dua kali lipat pada hari-hari libur. ''Kalau muternya cuma di situ-situ saja penumpangnya bosan.''
Modifikasi menarik Lagu anak-anak yang diputar dengan volume maksimal saat berkeliling mencari penumpang tidak cukup menjadi umpan untuk menarik penumpang. Para penarik odong-odong berupaya memodifikasi kendaraan mereka semenarik mungkin. Harapannya, semakin menarik, semakin banyak calon penumpang yang berminat untuk naik.
Sarpin, penarik odong-odong yang beroperasi di sekitar Jakarta Utara, misalnya, harus mengeluarkan dana lebih dari Rp1 juta untuk mengubah gerobak motornya menyerupai burung garuda. Ia membubuhkan lampu-lampu aneka warna yang digantung di tiang-tiang penyangga atap odong-odong.
''Kalau odong-odong bagus begini, pasti anak-anak mau naik. Yang biasa saja mereka mau, apalagi yang lebih menarik,'' kata Sarpin yang biasa menarik penumpang di wilayah Warakas 3.
Lain lagi Dodi. Ia mengubah bagian depan mobil kijang tuanya sehingga mirip tokoh kartun Thomas, kereta api berwarna hijau muda yang sangat disukai anak-anak. Ia juga menggantungkan bola plastik warna-warni di sekeliling mobilnya agar tampilan odong-odong-nya lebih meriah.
''Saya tambahkan Thomas di depan supaya anak-anak suka sehingga mereka merasa seperti naik kereta di film kartun,'' kata dia.(J-4)