Headline

Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.

Pasar Babe, Simbol Solidaritas Warga Kota

Yanurisa Ananta
07/10/2016 01:15
Pasar Babe, Simbol Solidaritas Warga Kota
(MI/RAMDANI)

PASAR barang bekas (babe) yang ada di Ibu Kota jangan dipandang sebelah mata. Meski barang yang dijual di sana dianggap rongsokan dan tidak memiliki nilai jual, toh keberadaannya tetap eksis hingga kini. Jika dilihat dari sisi sosial, pasar babe merupakan simbol solidaritas kehidupan perkotaan di Jakarta. Di sana masyarakat kelas menengah ke bawah memenuhi kebutuhan mereka dari pasar tersebut. Bagi kalangan kelas menengah atas, pasar itu menjadi tempat untuk menjual barang-barang mereka daripada itu disimpan.

“Pasar barang bekas telah menjadi simbol solidaritas kota. Di Jakarta isinya bukan hanya orang kaya, tapi juga ada orang miskin atau mereka yang ingin berhemat," kata pengamat sosial JJ Rizal kepada Media Indonesia, Rabu (5/10). Jika ditinjau dari sisi ekonomi, lanjut Rizal, keberadaan pasar babe telah berkontribusi besar pada pendapatan Pemerintah Kota (Pemkot) Jakarta, terlebih jika barang bekas yang dimaksud ialah barang antik bernilai jual tinggi, seperti di Jalan Surabaya, Jakarta Pusat.

Memang tidak seluruh barang bekas berkontribusi besar, tapi setidaknya pasar babe menekan kebiasaan konsumtif warga Jakarta. "Kadang mereka beli rice cooker di sana karena tidak sanggup beli yang baru. Artinya, barang bekas itu diperlukan dan dapat difungsikan kembali agar tidak konsumtif," lanjutnya. Selain itu, para pedagang barang bekas telah membantu memilah sampah di Jakarta.

Hal itu menunjukkan keberadaan pasar babe memiliki arti lebih jika dibandingkan dengan nilai jual barang itu sendiri. Menurut Rizal, pedagang barang bekas yang tersebar di Jakarta hanya perlu difasilitasi, seperti warga di Belanda dan Paris. Di kedua negara itu, pedagang rongsok dan barang antik difasilitasi dengan hari khusus barang antik. Di akhir pekan, pedagang barang bekas dari seluruh kota berkumpul di suatu tempat yang sudah ditentukan.

Selain menambah pundi-pundi pedagang, gelaran rutin itu menciptakan alternatif hiburan baru bagi warga kota. Warga mungkin saja terkenang orangtua dan masa lalu sehingga tingkat stres berkurang. "Di Belanda dan Paris di akhir pekan satu ruang kota ditutup karena ada gelaran khusus pedagang barang bekas.

Dagangannya dianggap istimewa karena seperti masuk ke lorong waktu," ungkap JJ Rizal. Hal serupa bisa diterapkan di Jakarta. Salah satunya ialah barang-barang-barang yang dijual di Jalan Surabaya. Sejak 1970-an Jalan Surabaya terus masuk ke tujuan pariwisata di buku-buku panduan pariwisata.

Sentra babe
Rencana sentra pasar babe sudah dimiliki Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta. Para pedagang barang bekas, khususnya pedagang kaki lima (PKL), akan dikumpulkan di suatu tempat. Pemprov, ungkap Kepala Dinas (Kadis) Koperasi Usaha Kecil, Menengah, dan Perdagangan (KUMKMP) DKI Jakarta, Irwandi, tengah menyiapkan lahan. Salah satu pasar barang bekas yang akan ditertibkan, jelasnya, ialah pasar babe di Jalan Bekasi Barat, Jatinegara, Jakarta Timur.

Lokasinya berada di belakang bangunan Jakarta Gems Center, Pasar Rawa Bening, menyatu dengan pasar batu akik. "Nanti kita mau bikin sentral (PKL). Berdasarkan rapat dengan gubernur, peraturan Menteri Agraria akan membolehkan pemprov menggunakan tanah-tanah bermasalah sebagai lokasi berkumpul komunitas-komunitas barang bekas," tutur Irwandi. Namun, tampaknya pelaksanaan rencana ini akan memakan waktu lama karena hingga saat ini baru ada satu titik lahan sengketa yang rencananya akan didayakan, yaitu di Jalan Thamrin, tak jauh dari Jalan Sabang, Jakarta Pusat.

Peruntukannya pun direncanakan bukan untuk PKL, melainkan lahan parkir kawasan wisata kuliner Sabang. "Pelaksanaannya nanti setelah dapat lahan. Ini kami sedang cari, sudah ada beberapa titik. Setelah harus ditentukan Surat Keputusan (SK) gubernur," tambah Irwandi. Irwandi menjelaskan pasar babe selama ini memiliki pangsa pasar sendiri. Kas Pemprov DKI Jakarta diharapkan kian gendut setelah ditertibkan.

Beberapa lokasi PKL, salah satunya di Pasar Poncol, Senen, Jakarta Pusat, sudah menerapkan penarikan retribusi secara autodebet. Jadi, tiap pedagang melalui Bank DKI memiliki kartu e-money yang saldonya ditarik secara otomatis Rp4.000 sehari. Tahun ini, dana yang telah dikumpulkan dari retribusi PKL sudah mencapai Rp8 miliar. Angka ini sudah melampaui target sebesar Rp5,5 miliar tahun ini. "Mereka ada pangsa pasarnya dan tidak disadari telah menjadi ikon untuk Jakarta," kata Irwandi.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya