Headline

Pengibaran bendera One Piece sebagai bagian dari kreativitas.

Fokus

Isu parkir berkaitan dengan lalu lintas dan ketertiban kota.

Perang Digital Warnai Pilkada DKI Jakarta 2017

Basuki Eka Purnama
06/10/2016 14:24
Perang Digital Warnai Pilkada DKI Jakarta 2017
()

PILKADA aroma Pilpres. Itu adalah komentar orang terhadap Pilkada DKI Jakarta 2017.

Proses penentuan pasangan calon dan koalisi partai pendukung melibatkan para ketua umum partai pendukung. Selain aroma Pilpres, Pilkada DKI kali ini juga menyuguhkan kompetisi para tokoh muda yang menjadi idola para anak muda, tidak saja di Jakarta tapi di seluruh Indonesia.

Calon petahana Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, didukung Teman Ahok yang dimotori oleh anak-anak muda dan kelas menengah Jakarta yang berhasil mengumpulkan 1 juta KTP melalui kampanye masif di media sosial dan pembukaan booth di mal-mal Jakarta.

Anies Baswedan adalah inisiator gerakan Indonesia Mengajar dan gerakan Turun Tangan yang dimotori oleh anak muda dan kelas menengah menggunakan media sosial sebagai media kampanye utama.

Agus Yudhoyono adalah tentara muda dengan segudang prestasi, sehingga menjadi idola kaum muda dan dianggap akan menjadi pemimpin masa depan.

Dengan kondisi tersebut, media sosial akan menjadi salah satu basis kampanye ketiga kandidat untuk menjangkau pemilih muda dan kelas menengah Jakarta.

Kalau melihat kilas balik pada Pilkada DKI 2012, adalah awal penggunaan media sosial secara masif dalam kampanye politik. Namun pada saat itu, hanya pasangan Jokowi-Ahok yang terlihat dapat memanfaatkan media sosial secara strategis dan mulai mengenalkan istilah relawan media sosial.

Dari data PoliticaWave.com, saat itu, ada lebih dari 500.000 akun yang melakukan percakapan tentang pasangan Jokowi-Ahok. Tidak heran, dengan jumlah netizen sebesar itu, pasangan Jokowi-Ahok dapat membalikkan prediksi banyak lembaga survei pada putaran pertama yang memenangkan pasangan petahana Foke-Nara.

Di situs PoliticaWave.com, pasangan Jokowi-Ahok memenangkan putaran pertama Pilkada DKI 2012 dan terus berlanjut di putaran kedua.

Kampanye media sosial tetap menjadi salah satu medium Jokowi ketika berkompetisi dalam Pilpres 2014 berpasangan dengan Jusuf Kalla. Dan kembali berdasarkan monitoring dan analisa percakapan media sosial, PoliticaWave.com memprediksi pasangan Jokowi-JK menang dengan angka 53,8% dan hanya selisih 0,65% daru hasil KPU yaitu 53,15%.

Saat ini, mesin kampanye media sosial ketiga pasangan calon Gubernur DKI 2017 sudah mulai bergerak. Dari rekaman data PoliticaWave.com sejak hari terakhir pendaftaran, 23 September 2016 sampai saat ini, tercatat 243.859 percakapan mengenai ketiga pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI.

Pasangan Ahok-Djarot sementara memimpin dengan 146.460 percakapan atau memiliki Share of Awareness sebesar 60,06% dari total percakapan. Diikuti oleh pasangan Anies-Sandi dengan 62.584 percakapan atau memiliki Share of Awareness sebesar 25,66% dan pasangan Agus-Sylviana dengan 34.815 percakapan atau memiliki Share of Awareness sebesar 14,28%.

Setiap percakapan mengandung sentimen, yang merupakan persepsi netizen terhadap pasangan calon tersebut. Pasangan Ahok-Djarot juga sementara memimpin terkait dengan sentimen netizen.

Net Sentimen (selisih antara sentimen positif dan negatif) pasangan Ahok-Djarot adalah sebesar 7.078. Namun, berbeda dalam jumlah percakapan, untuk Net Sentimen, di posisi kedua adalah pasangan Agus-Sylvi sebesar 6.207 dan diikuti oleh Anies-Sandi sebesar 2.981

Berdasarkan pengalaman PoliticaWave.com melakukan prediksi terhadap Pilkada, Pileg dan Pilpres sejak 2012, pasangan yang akan menjadi pemenang adalah pasangan dengan jumlah percakapan terbesar (Share of Awareness) dan Net Sentimen paling positif.

Tentunya hasil saat ini adalah hasil sementara dan masih dinamis sampai hari pencoblosan. Dinamika kompetisi di media sosial dapat selalu dilihat oleh publik di situs www.politicawave.com/jakarta. Data yang ditampilkan adalah data realtime dan sudah bersih dari akun-akun bot.

Media sosial memiliki dua fungsi strategis dalam kampanye politik. Selain untuk berkomunikasi dua arah dengan para netizen, media sosial memiliki fungsi yang tidak kalah penting, yaitu mendengarkan.

Para kandidat dapat menggunakan media sosial untuk mendengarkan suara pemilih di media sosial. Dengan mendengarkan, mereka dapat selalu memahami isu yang berkembang, baik positif maupun negatif.

Mereka juga dapat memahami harapan dan kebutuhan masyarakat. Dengan menjadi pendengar yang baik, para kandidat memiliki kesempatan untuk berkomunikasi dengan lebih baik dan tepat sasaran dengan konstituennya.

Media sosial merupakan salah satu kanal utama untuk menjangkau pemilih pemula dan kelas menengah di Jakarta. Kedua segmen ini juga merupakan social influencer, yang dapat mempengaruhi pemilih lain di luar segmennya. (RO/OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya