Headline
Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.
Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.
MESKI Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mengatakan tren kasus banjir di Jakarta pada 2016 ini mengalami penurunan hingga 189 kasus banjir ketimbang di 2015, hal itu tidak serta-merta membuat Jakarta sudah bebas dari ancaman banjir.
Pasalnya, tahun ini Jakarta diprediksi terdampak La Nina yang ditandai dengan curah hujan berlebihan akibat penurunan suhu muka laut. Jika hal itu tidak diantisipasi, banjir dikhawatirkan kembali menggenangi Jakarta. Kepala Satuan Pelaksana Denny Wahyu Heriyanto mengatakan dampak La Nina di Indonesia ditandai dengan musim penghujan yang datang lebih awal. Hujan seharusnya mulai mengguyur Jakarta sekitar September atau Oktober, tetapi kini hujan sudah ada sejak Januari hingga Agustus. “Tahun ini musim hujan datang lebih cepat, dan La Nina diperkirakan masih berlangsung hingga Maret-April 2017,” kata Denny, Selasa (4/10).
Setidaknya ada tiga hal yang akan terjadi akibat La Nina, yakni hujan di hulu, hujan lokal, dan pasangnya air laut. Jika ketiganya terjadi bersamaan, Jakarta berpotensi mengalami banjir.
“Ada 40% wilayah Jakarta yang berbentuk lembah. Jika ketiga penyebab banjir itu terjadi bersamaan, banjir harus diwaspadai,” papar Denny.
Curah hujan itu, sambungnya, kian bergeser ke selatan Jakarta dari arah timur. Kawasan Kemang, Jakarta Selatan, menjadi perhatiannya.
Denny menerangkan, hujan di kawasan Kemang yang menyebabkan banjir beberapa pekan lalu sudah dikategorikan sebagai hujan deras dengan kecepatan angin 17-21 kilometer per jam. Selain hujan deras, pihaknya juga mewaspadai cuaca ekstrem berupa angin kencang yang beberapa waktu lalu sudah melanda Kabupaten Kepulauan Seribu. Kecepatan angin di wilayah tersebut ketika itu mencapai 49,89 km per jam, mendekati status badai jika sudah berkecepatan 50 km per jam.
“Memang tidak ada potensi badai di Jakarta, tapi Kepulauan Seribu hampir mendekati,” imbuhnya. Sejumlah upaya antisipasi akan dilakukan pihaknya, di antaranya memperkuat sistem peringatan dini banjir berlapis, mulai memantau dan menyebarluaskan tinggi muka air hulu di media sosial hingga sistem peringatan dini bencana.
“Juga termasuk menyiapkan relawan terlatih untuk turut serta dalam penanganan banjir,” tukas Denny. Normalisasi drainase Dalam menyikapi keberadaan La Nina itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta kini tengah memperbaiki 1.600 saluran air (drainase) di seluruh wilayah Jakarta. Drainase yang dibenahi mencakup got di perkampungan dan drainase jalanan Ibu Kota. Itu dilakukan sebagai langkah awal antisipasi banjir Jakarta. “Normalisasi termasuk saluran mikro dan makro. Terutama mikro itu yang belum dinormalisasi dengan maksimal. Ada sekitar 1.600 drainase di seluruh Jakarta yang harus dinormalisasi karena penuh sampah,” kata Kepala Dinas Tata Air DKI Jakarta Teguh Hendrawan. Pihaknya sudah mengantisipasi kedatangan musim hujan itu sejak awal. Dinas Tata Air DKI sudah menggelontorkan dana hingga Rp53 miliar untuk pembelian alat berat secara keseluruhan, di antaranya ekskavator model mini spider supaya bisa masuk ke wilayah perkampungan.
“Sekarang sudah ada ekskavator mini spider sebanyak 4 unit. Dengan APBD, kami akan tambah 5-6 unit supaya bisa bersihkan saluran mikro. Semoga bisa terbeli tahun ini supaya drainase di kawasan padat penduduk dapat ditembus,” tandas Teguh. Ia mengaku Gubernur DKI Jakarta menaruh perhatian penuh pada permasalahan banjir. Pihaknya ditugaskan untuk memastikan seluruh drainase di Jakarta bebas dari sumbatan sampah. (J-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved