Headline
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
UNDARI, 48, masih terlihat lesu pascakejadian yang menimpa putrinya, SZ, 15. Ia tidak menyangka anak ketiganya itu sempat menjadi korban human trafficking atau perdagangan manusia selama beberapa hari. Namun, di sisi lain, laki-laki itu juga bersyukur lantaran anaknya bisa diselamatkan dan kini kembali ke rumah mereka di kawasan Duren Tiga, Jakarta Selatan. “Mungkin dia pengen pakaian indah dan HP mewah. Jadi, ketika diiming-imingi uang, mau (ikut pelaku human trafficking). Alhamdulillah sekarang sudah pulang. Kalau lebih lama, bisa saja dibawa ke tempat yang lebih jauh,” kata Undari, selasa (13/9). Sebagai seorang kuli dengan penghasilan yang tidak tentu, Undari bersama keluarga hidup kekurangan. Bahkan, setamat SMP SZ tidak bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA karena ketiadaan biaya. Namun, Undari tidak pernah menyangka keinginan untuk mendapatkan uang membuat putrinya nekat meninggalkan rumah untuk bekerja menjadi pendamping karaoke di salah satu kafe di Kabupaten Pasaman, Sumatra Barat. SZ sempat bekerja di kafe tersebut bersama dua gadis lainnya, DAA, 12, dan PRA, 18, selama empat hari. Mereka dibawa dari Jakarta oleh tersangka I dan B. Selain bertugas menemani tamu untuk berkaraoke, mereka juga bertugas mencuci piring di kafe dan mencuci pakaian milik B. Namun, atas tugas sebanyak itu mereka hanya diberi jatah makan satu kali sehari, sehingga kadang mereka terpaksa mencuri makanan di kafe pada malam hari.
Semua berawal ketika SZ bersama dua temannya yang juga warga Duren Tiga, yakni DAA dan Virna, 15, bertemu dengan PRA pada 31 Agustus lalu. PRA mengajak ketiganya ke kawasan Kelapa Dua, Jakarta Barat, guna bertemu dengan I. “PRA bilang, kalau kami ikut dia, pulangnya bisa bawa uang segepok,” kenang Virna. Virna yang merasa tidak yakin atas iming-iming PRA memilih pulang ke rumah. Adapun, SZ, DAA, dan PRA pergi menggunakan taksi ke Kelapa Dua. Menurut Virna, ia mengetahui posisi ketiga temannya telah berada di Kabupaten Pasaman dari status Facebook DAA. “Dia update dengan menulis, ‘Welcome Padang, bye Jakarta’. Pernah juga update ‘Gue udah seneng di sini, enggak usah cari-cari gue deh’,” ujar Virna. Virna pun mengabarkan hal itu kepada keluarga DAA yang kemudian melapor kepada polisi. Selanjutnya, polisi melacak posisi ketiga remaja itu dan setelah menemukan lokasi pasti, polisi menggerebek kafe tempat SZ, DAA, dan PRA dipekerjakan. Kepala Bagian Penerangan Umum Polri Komisaris Besar Martinus Sitompul menduga tersangka I dan B telah lama melakukan praktik perdagangan manusia. “Dari pengakuan korban, mereka pernah mendengar tersangka sudah melakukan komunikasi untuk menambah lagi lima orang (pekerja). Sehingga patut diduga tersangka B memiliki jaringan,” ujarnya. (Nicky Aulia Widadio/J-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved