Headline

Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.

Fokus

Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.

Polisi Sebut Aksi Penyanderaan di Pondok Indah Murni Perampokan

Nicky Aulia Widadio
08/9/2016 21:59
Polisi Sebut Aksi Penyanderaan di Pondok Indah Murni Perampokan
(ANTARA FOTO/Reno Esnir)

TIM Penyidik dari Direktorat Reserse Kriminal Umum (Direskrimum) Polda Metro Jaya menyimpulkan bahwa motif penyanderaan yang dilakukan oleh tersangka AJS dan S di rumah milik Asep Sulaeman di Pondok Indah, Jakarta Selatan, ialah murni perampokan. Polisi kini telah menahan empat dari lima pelaku yang terlibat.

"Motif yang bisa disimpulkan diperkuat dengan dua pelaku terakhir yang bisa kita amankan adalah murni perampokan. Itu didukung dengan keterangan mereka bahwa pada saat sebelum perampokan sudah dimulai dengan perencanaan," jelas Kepala Sub Direktorat Kejahatan dan Kekerasan (Subdit Jatanras) Ajun Komisaris Besar Hendy F Kurniawan, Kamis (8/9).

Dalam perencanaan tersebut, AJS bertindak sebagai pihak yang membagi tugas dari keempat temannya. S, bersama AJS bertugas menyelinap ke rumah Asep. RH bertugas sebagai sopir yang mengantarkan mereka ke rumah korban menggunakan mobil Fortuner hitam dengan nomor polisi B 1746 CLP. SAS bertugas mengamati suasana sekitar saat AJS dan S berusaha masuk ke rumah Asep. Sementara satu orang lainnya hingga kini masih buron.

Sebelum beraksi, kelimanya sempat bertemu di Rumah Sakit Qadr, Karawaci, Tangerang, dan merencanakan aksi mereka di sana. Setelahnya mereka menuju ke sebuah hotel di kawasan Jakarta Selatan dan memesan makanan.

"Dari sini diketahui kalau ternyata mereka beraksi berlima. Dari kesaksian office boy," jelas Hendy.

Dari hotel, kelimanya kemudian menuju ke Pondok Indah dan menunggu hingga pukul 5.30 WIB untuk berupaya masuk ke rumah korban. Saat telah berhasil masuk, pelaku sempat menodongkan senjata ke korban dan keluarganya, juga memerintahkan korban untuk menyerahkan dompet dan handphone milik mereka.

"Selama beberapa jam, barang-barang berharga ini ada di dalam penguasaan pelaku," tambah Hendy.

Namun secara psikologis, pelaku mulai merasa tertekan ketika masyarakat dan aparat kepolisian mulai mengepung rumah korban. "Korban sendiri cukup bisa menguasai situasi, sehingga yang bersangkutan bisa mengulur waktu untuk berdialog, kemudian mencoba masuk kepada pelaku, ngajak salat dan sebagainya menunggu kehadiran polisi," jelasnya.

AJS sendiri pernah bekerja di PT ExxonMobil Indonesia sebagai petugas keamanan dan pernah mendampingi Asep selama lima bulan. Polisi menduga rumah Asep dipilih sebagai target karena pelaku telah mengetahui profiling Asep. Hingga kini, pendalaman terhadap pelaku AJS masih terus dilakukan.

"Akan kita kembangkan kemungkinan lainnya," pungkas Hendy. (OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya