Headline

Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.

Fokus

Warga bahu-membahu mengubah kotoran ternak menjadi sumber pendapatan

Lebih Pas saat Panen Salak

01/8/2016 03:15
Lebih Pas saat Panen Salak
(MI/Galih Pradipta)

PADA 1980-an, kawasan Condet, Jakarta Timur, masih sangat rindang. Ribuan pohon salak masih tumbuh subur di sana. Salak condet tersohor, yang mampu menandingi kelezatan salak bali dan salak pondoh. Tak jarang, buah salak condet disebut paling enak dengan rasa manisnya yang khas.

Kini setelah 20 tahun lebih, buah ikonik tersebut memang sulit ditemui di kawasan se­luas 18.228 hektare di Jakarta Timur itu. Hanya beberapa kawasan seperti Balekembang yang masih bisa melihat kebun salak yang ada. Jumlah pohon salaknya pun kini tinggal ratusan saja.
Di Festival Condet yang digelar selama dua hari sejak 30 Juli 2016 itu, masyarakat bisa menikmati salak condet. Memang tidak hanya buah khas condet yang bisa dijum­pai, budaya Betawi dan kuliner­nya bisa dinikmati dalam festival tersebut.

Sudah dua kali festival ini dilaksanakan. Warga Jakarta selalu memenuhi ajang tahunan ini. Mereka terlihat antusias menikmati kuliner dan yang khas dari kawasan itu, seperti salak condet. “Sudah jarang dijual nih salak condet di pasar,” kata Adi, 38, salah satu pengunjung yang membeli 1 kilogram salak condet, Minggu (31/7).

Adi menyarankan kegiatan Festival Condet itu sebenarnya lebih pas jika diadakan saat musim panen salak. Apalagi, pohon salak yang masih tersisa tumbuh di kawasan condet sangat sedikit.

“Kalau pas musim panen (salak), mungkin ini lebih terasa condetnya kan,” harapnya.
Komentar itu diamini budayawan Betawi, Andi Yahya Saputra. Akan lebih tepat jika waktu pelaksanaannya disesuaikan dengan musim panen buah salak. Hal itu tentu akan menguatkan identitas masyarakat Betawi Condet.

“Sebuah festival budaya itu bagusnya disesuaikan dengan kondisi (daerah) yang bersangkutan. Memang lebih bagus sesudah panen (buah salak). Jadi ada rasa ungkap syukur ke alam semesta atas panen yang didapatkan,” kilah Andi Yahya Saputra.

Hal itu juga sebagai upaya menjaga kelestarian lingkungan, sekaligus budaya Betawi. (Mal/J-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik