Headline
Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.
Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.
Warga bahu-membahu mengubah kotoran ternak menjadi sumber pendapatan
PADA 1980-an, kawasan Condet, Jakarta Timur, masih sangat rindang. Ribuan pohon salak masih tumbuh subur di sana. Salak condet tersohor, yang mampu menandingi kelezatan salak bali dan salak pondoh. Tak jarang, buah salak condet disebut paling enak dengan rasa manisnya yang khas.
Kini setelah 20 tahun lebih, buah ikonik tersebut memang sulit ditemui di kawasan seluas 18.228 hektare di Jakarta Timur itu. Hanya beberapa kawasan seperti Balekembang yang masih bisa melihat kebun salak yang ada. Jumlah pohon salaknya pun kini tinggal ratusan saja.
Di Festival Condet yang digelar selama dua hari sejak 30 Juli 2016 itu, masyarakat bisa menikmati salak condet. Memang tidak hanya buah khas condet yang bisa dijumpai, budaya Betawi dan kulinernya bisa dinikmati dalam festival tersebut.
Sudah dua kali festival ini dilaksanakan. Warga Jakarta selalu memenuhi ajang tahunan ini. Mereka terlihat antusias menikmati kuliner dan yang khas dari kawasan itu, seperti salak condet. “Sudah jarang dijual nih salak condet di pasar,” kata Adi, 38, salah satu pengunjung yang membeli 1 kilogram salak condet, Minggu (31/7).
Adi menyarankan kegiatan Festival Condet itu sebenarnya lebih pas jika diadakan saat musim panen salak. Apalagi, pohon salak yang masih tersisa tumbuh di kawasan condet sangat sedikit.
“Kalau pas musim panen (salak), mungkin ini lebih terasa condetnya kan,” harapnya.
Komentar itu diamini budayawan Betawi, Andi Yahya Saputra. Akan lebih tepat jika waktu pelaksanaannya disesuaikan dengan musim panen buah salak. Hal itu tentu akan menguatkan identitas masyarakat Betawi Condet.
“Sebuah festival budaya itu bagusnya disesuaikan dengan kondisi (daerah) yang bersangkutan. Memang lebih bagus sesudah panen (buah salak). Jadi ada rasa ungkap syukur ke alam semesta atas panen yang didapatkan,” kilah Andi Yahya Saputra.
Hal itu juga sebagai upaya menjaga kelestarian lingkungan, sekaligus budaya Betawi. (Mal/J-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved