Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Alasan Warga Tetap Pilih Kendaraan Pribadi

Sri Cahya Lestari
20/4/2016 16:48
Alasan Warga Tetap Pilih Kendaraan Pribadi
(ANTARA/Reno Esnir)

PENGHAPUSAN kebijakan 3 in 1 diikuti dengan penambahan bus Transjakarta dan penerapan sistem jalan eketronik berbayar atau electronic road pricing(ERP).

Pada saat yang sama, pemerintah membangun angkutan massal cepat (MRT), kereta ringan, dan memaksa operator angkutan umum bergabung ke transjakarta. Langkah ini diharapkan menarik pengguna kendaraan pribadi berpindah ke angkutan umum.

Namun, sejumlah pengguna kendaraan pribadi mengaku masih enggan beralih menggunakan transprortasi umum. Dewi,36, karyawan swasta di kawasan Sawah Besar, Jakarta Pusat, misalnya. Ia lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi untuk mobilitas sehari-hari.

Menurut dia, menggunakan kendaraan pribadi jauh lebih memudahkannya meskipun ia harus menghadapi kemacetan Jakarta. "Kalau dari apartemen saya ke kantor nggak ada yang langsung. Mesti turun naik berapa kali kendaraan umum, nanti harus ganti pindah lagi. Sedangkan kalau naik kendaraan pribadi kan lebih enak, lebih mudah dan nyaman," ujar warga yang tinggal di kawasan Kelapa Gading ini kepada Media Indonesia, Rabu(20/4).

Hal yang sama juga diungkapkan Cici, 19, karyawan swasta di kawasan Tubagus Angke, Jakarta Barat. Ia tetap memilih menggunakan kendaraan sepeda motornya untuk mobilitas sehari-hari. Menurut dia, jarak dari rumahnya di Kali Anyar, Tambora, ke Tubagus Angke hanya memakan waktu sekitar 20 menit dengan menggunakaan kendaraan pribadi. Sementara dengan kendaraan umum, bisa memakan waktu sekitar 45 menit. "Kalau pakai kendaraan umum kan tetap banyak ribetnya. Nunggu bus, naik turun, macet, nggak efisien waktu," ujarnya.

Sementara ia harus mengejar waktu kerja di perusahaan tempatnya bekerja. "Kalau dibilang menggunakan transportasi umum supaya mengurai kemacetan, Jakarta macet itu udah takdirnya sih. Emang susah diurai karena padat penduduknya," ujar Cici.

Begitupun dengan Berta,32, karyawan swasta di kawasan Muara Karang, Pluit, Jakarta Utara. Menurut dia, sebagian warga yang masih memilih kendaraan pribadi untuk mobilitas sehari-harinya dilandasi faktor kenyamanan.

"Naik kendaraan umum itu kan harus nunggu bus dulu, antre panjang apalagi kalau di jam-jam sibuk, sumpek-sumpekan dan desak-desakan. Jadi nggak nyaman dan nggak efisien waktu," kata Berta, salah satu warga yang kesehariannya menggunakan kendaraan pribadi.(OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya