Headline
DPR klaim proses penjaringan calon tunggal hakim MK usulan dewan dilakukan transparan.
DPR klaim proses penjaringan calon tunggal hakim MK usulan dewan dilakukan transparan.
LANGKAH Kepolisian Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya yang akan melokalisasi kegiatan balap liar dianggap keliru.
Alasan mewadahi hobi dan mencari bakat dari remaja yang balap liar itu mengada-ngada.
Sebab, dari pantauan Media Indonesia, mereka ternyata bukan sekadar menyalurkan hobi karena di arena balap liar banyak perjudian dan prostitusi dengan istilah cabe-cabean.
Pelaku judi ialah pemilik bengkel, joki (pengemudi), dan penonton.
Iqbal Maulana, 26, seorang joki balap liar di kawasan Jakarta Timur dan Jakarta Selatan, mengakui sulit melepaskan praktik balap liar dengan perjudian.
Di arena balap liar, sudah ada jaringan ala mafia.
Umumnya para pelaku balap liar bukan hanya seorang joki, melainkan juga sudah ada tim, seperti mekanik dan pemilik motor.
Mereka biasanya tergabung dalam satu kelompok di satu bengkel motor.
"Biasanya antarbengkel yang bukan tandem kerjanya saling ngundang (taruhan). Kalau sudah ada motor (modifan) dipajang di depan bengkel, itu artinya sudah siap (balapan). Nanti ada yang datang. Ayo pembebasan (liar) lurus atau zigzag atau ayo mau main di mana. Kemudian menentukan setting-annya, gimana setting-an 58-an mm atau 57-an mm (diameter seher)," jelasnya.
Besaran uang taruhan pun beragam.
Iqbal menjelaskan itu bergantung pada kesepakatan kedua belah pihak.
Biasanya rentang taruhan sebesar Rp2 juta hingga Rp5 juta.
Sesekali nilai taruhan menyentuh angka Rp10 juta.
Penantang atau yang mengajak balapan membayar DP (uang muka) 10% ke pihak yang ditantang.
Jika semua kesepakatan sudah tercapai, kata Iqbal, tim dari dua bengkel itu bertemu di arena balap liar.
Iqbal yang biasa melakukan aksi balap di jalan raya TB Simatupang Cilandak, Jakarta Selatan, atau biasa dikenal dengan kawasan Intan Cilandak itu, menambahkan di jalur tersebut biasanya sudah dipenuhi penonton sebelum balapan berlangsung.
"Biasanya saat main (balapan) itu tutup jalan. Ada juga yang main pinggiran (taruhan) dari penontonnya. Jadi, bukan cuma antarbengkel, melainkan juga penonton."
Dengan alasan itu, menurut Iqbal, rencana legalitas balap liar salah langkah.
Para joki, mekanik, dan pemilik bengkel tidak akan setuju.
"Pendapatan hasil balapan itu seminggu bisa Rp5 juta hingga Rp10 juta. Kalaupun jadi (dilegalkan) dan ditentukan jalur mana saja, pasti kita akan cari tempat lain (untuk balapan)," kata ia yakin.
Apalagi, persyaratan legalitas balap liar, seperti surat izin mengemudi (SIM) dan kelengkapan berkendara, dianggap sangat sulit diterapkan para pelaku balap liar.
"Para joki itu biasanya anak SMA. Nyalinya masih gede. Badannya kurus dan kecil supaya enak narik motornya. Pakaian seadanya, itu nikmatnya," ungkap Iqbal sembari tersenyum.
Pejoki lain, Nanda, 18, warga Lenteng Agung, Jakarta Selatan, mengamini pendapat Iqbal.
Nanda setiap akhir pekan melakukan balap liar di kawasan Kementerian Pertanian hingga perempatan Pasar Minggu.
"Biasanya kami baru mulai main (balapan) itu dini hari sekitar jam 2 atau jam 3. Pasti ada taruhannya lah. Kalau enggak ada ya enggak seru," ujarnya.
Nanda yang masih duduk di kelas 11 itu mengaku awalnya hanya penonton.
Ia tertarik dan mendandani motornya agar bisa turun di balap liar.
"Sekarang ketagihan. Hampir setiap minggu ke bengkel buat dicek ini itu," terangnya.
Di tempat terpisah, Rusli, 22, pejoki yang kerap melakukan balapan liar di kawasan Tanjung Barat hingga perempatan Lenteng Agung, mengaku balapan karena ada taruhannya.
Setiap minggu, dari taruhan balap liar, dia bisa dapat sekitar Rp2 juta, belum lagi kalau ada calonya.
"Terus kalau balap liar dilegalkan, kita bisa taruhan enggak," ujarnya sembari tertawa. (Mal/Nel/J-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved